Blog Archives
#STPC Interview: Meet the Proofreader Jia Effendie @Gagasmedia
Ketemu lagi di segmen interview bersama salah satu orangdi balik layar novel London: Angel. Maaf banget atas keterlambatan postingannya, karena Lust and Coffee sedang sakit dan meringkuk dengan manis di tempat tidur.
Kali ini, Lust and Coffee berhasil mewawancarai salah satu proofreader (yang juga editor di Gagasmedia). Selain itu, dia juga seorang penulis yang aktif melahirkan karya berupa cerita pendek.
Nama: Jia Effendie
Twitter: @JiaEffendie
Facebook
Penulis favorit: Neil Gaiman, Jostein Gaarder, Seno Gumira Ajidarma, Pramoedya Ananta Toer, Roald Dahl.
Menurut Jia, London itu identik dengan:
Kabut, gerimis, Shakespeare, sihir.
Seandainya Jia diminta untuk menulis novel STPC, di mana lokasi yang menurut Jia paling keren untuk dijadikan setting?
Hmm… di mana, ya? Dari dulu sih aku kepingin nulis yang settingnya di Pantai Selatan #halah. Tapi ga masuk sama konsep STPC
OMG, horror jugaPantai Selatan, hihihi. Satu kata yang mewakili London:
Gloomy
Kita berandai-andai ya ^^. Kalau Jia boleh mengajak satu penulis luar negeri untuk terlibat dalam proyek STPC, siapa yang ingin Jia ajak?
Hmm hmm… ga kepikiran
Apa proyek novel selanjutnya yang akan Jia garap? Apa ada rencana untuk merilis novel sendiri?
Ada proyek serial lainnya setelah STPC dan SCHOOL. Tunggu aja. Rencana merilis novel sendiri? Tentu saja!
Ada tips singkat untuk penulis baru yang ingin mengirim naskahnya ke Gagasmedia? Apa yang harus diperhatikan?
Perhatikan benar kelengkapannya. Formulir harus diisi dengan benar, dan tulislah sinopsisnya semenarik mungkin dengan gaya bahasa lugas (jangan kebanyakan pakai metafor, ya, karena ini sinopsis). Sinopsis adalah bahan jualan kamu. Terus, pastikan naskahmu enggak dimulai dengan kalimat: “Seperti biasa, hariku dimulai dengan suara alarm…” atau “Matahari bersinar cerah.”
Tulis naskahmu dengan EYD yang benar. Minimalisasi kesalahan ketik. Artinya, edit dan edit lagi naskahmu sebelum dikirim ke penerbit.
Terima kasih banyak atas waktunya untuk menjawab pertanyaan dari saya.
Jangan kemana-mana karena masih ada postingan review, wawancara dengan penulis #STPC dan pengumuman pemenang STPC Giveaway.
Kisses,
Meet The Reader: Dian
Ketemu lagi bersama Lust and Coffee dalam segmen Meet the Reader. Fitur ini baru kali ini dilaunching yang rencananya akan diadakan rutin tiap dua bulan sekali.
Kali ini Lust and Coffee berkesempatan untuk berbincang bersama Dian yang merupakan salah satu pembaca blog ini.
Dian yang berusia 24 tahun ini bekerja di suatu instansi pemerintahan. Di sela kesibukannya sebagai PNS, Dian selalu menyempatkan diri untuk mengikuti event menulis juga membaca buku sambil berlatih menulis.
SImak wawancara Lust and Coffee dengan Dian berikut:
Sejak kapan suka membaca?
Aku suka membaca sejak kecil, mungkin sekitar kelas 1 SD. Aku mulai suka membaca karena ibuku berprofesi sebagai guru SD dan sering meminjamkan buku dongeng bergambar dari perpustakaan tempat beliau mengajar.
Awalnya ibu meminjamkan buku-buku tersebut agar aku segera lancar membaca. Namun hal positif lainnya adalah kegiatan tersebut menyadarkan aku bahwa membaca lebih mengasyikkan ketimbang menonton TV.
Ya, saya setuju banget dengan kamu. Membaca jauh lebih menyenangkan daripada menonton TV. Lalu, sejak kap;an kamu mulai ngeblog?
Dunia perblogeran ini masih sangat baru untukku. Aku baru membuat blog bulan Maret 2013 lalu. Makanya postinganku masih sedikit banget 😀
Aku mulai menjajal ‘blog’ saat ada giveaway yang mengharuskan penggunaan blog. Dan sejak itu aku mulai mengenal asyiknya ngeblog. Setidaknya, gara-gara blog aku bisa sedikit mewujudkan mimpiku yaitu tulisanku dibaca banyak orang.
Apa yang kamu sukai dari ngeblog?
Blog memacu kita untuk menulis. Setelah ngeblog, aku jadi lebih rajin menulis. Blog itu seperti pendorongku agar aku ingat bahwa menulis adalah bagian dari hidupku. Dulu sebelum aku kenal blog, aku menulis jika ingin menulis saja, hanya ketika ide bersarang di kepala. Sekarang, aku tidak harus menunggu ide datang untuk menulis karena ada blog yang harus diupdate.
Sebutkan satu novel yang sangat berkesan buatmu. Berikan alasannya juga ya.
Bangkok: The Journal by Moemoe Rizal.
Banyak bagian dari novel ini yang membuatku menyadari ternyata sebuah keluarga punya arti yang sangat dalam. Seberapa buruknya keluarfga itu, tetap saja mereka keluarga. Seberapa kita tidak menyukai pilihan dari salah satu anggota keluarga kita, tetap saja mereka keluarga. Seberapa kita benci pada mereka, mereka pergi, tetap saja ada rasa tak rela dan sakit yang menghinggapi.
Edvan dan Edvin adalah tokoh kontroversi yang belajar hidup lebih baik dari sebuah kesalahan. Dan aku ingin selalu belajar dari sebuah kesalahan seperti mereka, maju terus tanpa mau menhiraukan rasa sakiit dari kesalahan yang sudah terjadi. Maju terus untuk bertemu mimpiku yang akan terwujud suatu saat nanti.
Amin, Saya doakan juga ya, Dian. Jika kamu menjadi tokoh fiksi, kamu ingin jadi siapa?
Syiana, tokoh di novel ‘Restart’-nya Nina Ardianti.
Alasannya, bagiku hidup Syiana terasa sangat menyenangkan. Ya walaupun awalnya dia harus merasakan menjadi bagian dari keluarga broken home dan harus menerima kenyataan diselingkuhi. Tapi dia punya pekerjaan yang menjanjikan. Dia juga punya hidup yang dikelilingi orang-orang menyenangkan seperty Edyta dan Ilham, juga keluarga Edyta. Syiana juga dicintai Ferdian Arsjad, membuat hidupnya menjadi sempurna.
Pernah punya pengalaman menarik yang berhubungan dengan kesukaanmu membaca?
Saat aku kelas 2 SMA, aku sering kali membaca novel saat jam pelajaran, terutama pada saat mata pelajaran membosankan seperti PPKN atau Kimia. Hasilnya, kalau nggak kena tegur, aku disuruh keluar.
Hal positifnya, membaca membuatku sadar untuk bisa menghasilkan bacaan seru seperti yang sudah kubaca. Dan itu membuatku untuk mencoba menulis. Kelas 3 SMA karyaku bisa muncul di tabloid remaja untuk pertama kalinya. Sejak saat itu aku jadi tahu akan mimpiku yang sebenarnya.
Woaah, congrats, ya. Seandainya kamu diberi kesempatan untuk bertemu seorang penulis, siapa dan apa yang ingin kamu lakukan dengannya?
Aku ingin ketemu Moemoe Rizal dan Nina Ardianti. Kalau ketemu mereka, aku mau mencuri kemampuan menulis mereka. Tenang, aku nggak akan menggunakan ilmu hitam untuk mencuri iklmu, paling aku minta diajari secara intensif. Aku ingin meminta mereka memberikanku metode-metode ampuh untuk menulis. Oiya, aku juga nggak akan melewatkan kesempatan foto bareng dan minta tanda tangan. Nggak mau rugi deh pokoknya 😀
Terima kasih ya sudah menjawab 7 pertanyaan dari saya.
Terima kasih kembali, Mbak. Senang bisa diberi kesempatan seperti ini.
Nantikan wawancara Lust and Coffee dengan pembaca lainnya di lain kesempatan.
Hugs,
#STPC Interview: Meet the Cover Designer Jeffri Fernando @Gagasmedia
Surprise, surprise, siapakah yang kali ini berhasil Lust and Coffee culik untuk diinterview? Yes, Ko Jeffri Fernando, yang namanya sering kita lihat di novel-novel terbitan Gagasmedia. Berkat sentuhan ajaib tangannya, novel terbitan Gagas menjadi lebih berwarna dan memiliki personality. Yuk kita tanya-tanya tentang kesan Ko Jeffri selama menggarap proyek #STPC ini.
Ko Jeffri, saya jatuh cinta dengan semua cover serial STPC. Dapat ide dari mana sebelum menciptakan cover indah Roma, Bangkok, dan Paris?
Konsep desain STPC berasal dari Christian (kepala desk fiksi), yaitu desain HIPSTER RETRO (kombinasi dari garis-garis simpel ilustrasi masa kini dengan sentuhan finishing zaman dahulu). Dia memberi saya berbagai gambar untuk referensi.
Saya lah yang menerjemahkan konsepnya ke bahasa visual yang lebih matang, sekaligus membuat design template untuk cover STPC GagasMedia berikutnya.
Ide didapat dari membaca naskahnya dan browsing gambar vintage tentang kota-kota tersebut.
Bisa diceritakan bagaimana proses design cover mulai dari ide awal hingga hasil akhir?
Biasanya, proses desain saya sebagai berikut:
1. Baca naskah
Untuk fiksi, saya pasti membaca seluruh naskahnya sambil mencatat memorable scenes, premis, konflik, setting tempat yang unik, penggambaran karakter, objek penting yang digunakan tokohnya, serta feel keseluruhan setelah membaca buku ini.
Sedangkan untuk nonfiksi, terkadang saya cukup membaca cepat saja.
Bila ide belum juga muncul setelah membaca naskah, saya bertanya ke editor atau penulis tentang bayangan mereka akan cover buku ini. Apa yang perlu ditonjolkan, bagaimana gaya ilustrasinya, dsb.
2. Riset
Saya mengumpulkan semua informasi dan gambar tentang tema naskah yang bersangkutan, dan juga berdasarkan catatan yang saya buat saat membacanya. Misalkan temanya LDR (long distance relationship), saya akan mencari tahu bagaimana pasangan LDR berkomunikasi, apa konflik yang biasanya terjadi, apa simbol LDR. Lalu saya juga mencari tahu apakah ada buku pesaing bertema seperti ini? Kalo iya, seperti apa desainnya? Desain seperti apa yang disukai target pembaca naskah ini?
3. Brainstorming
Pada tahap ini, saya membuat sketsa kasar untuk desainnya, berdasarkan materi riset. Yang penting adalah kuantitas.
4. Draft awal
Dari hasil brainstroming, saya memilih minimal 3 buah desain untuk dikembangkan lebih lanjut.
5. Revisi (kalau ada)
Bila draft awal tidak disetujui tim redaksi dan penulis, perlu dilakukan revisi.
6. Finishing
Setelah ada 1 desain terpilih, saya akan lanjut ke tahap finalisasi desain untuk dicetak.
Butuh berapa lama untuk mendesign satu cover novel?
3 – 4 hari. Belum termasuk revisi.
Satu kata yang mewakili:
Bangkok: Exotic
Roma: Historic
Paris: Artsy
Biasanya memakai program apa untuk mendesign cover novel?
Adobe Photoshop dan Illustrator.
Di antara ketiga novel ini: Bangkok, Roma, Paris, mana yang paling Ko Jeffri suka?
Hmmmm agak susah. Ini seperti harus memilih anak favorit.
Design wise, saya menyukai ketiganya karena alasan yang berbeda.
Cover Paris cantik.
Roma membuai dengan nuansa vintagenya.
Untuk Bangkok, saya suka ornamen dan warnanya.
Ada kejadian menarik selama proses mendesign cover novel?
Saya selalu menemukan hal-hal baru setiap membaca naskah untuk didesain covernya. Tempat baru, kebiasaan baru, profesi baru, dan lainnya. Buat saya, pengetahuan baru itu selalu menarik.
Punya lagu favorit untuk didengarkan saat mendesign cover?
Tergantung naskahnya. Kalau ceritanya sedih, saya membuat playlist lagu-lagu sedih to set the mood.
Kalau ceritanya lucu atau gembira, playlist saya pasti lagu-lagu berirama riang.
Tapi lagu yang paling sering saya putar adalah suara rintik hujan. Biasanya kalau sedang stuck, saya memutar lagu ini untuk menenangkan pikiran dan melancarkan arus ide.
Terima kasih banyak untuk interviewnya yang sangat menyenangkan ^^
Sama-sama ^_^
Jangan lupa untuk tetap mengunjungi Lust and Coffee karena program giveaway novel-novel STPC masih beerlanjut.
Until next time^^
#STPC Interview: Meet the Editor Ibnu Rizal @Gagasmedia
Bisa diceritakan bagaimana proses novel serial STPC, mulai dari ide, brainstorming, hingga pemilihan penulis?
Dua naskah, ROMA dan BANGKOK, datang pada saya ketika pembuatan konsep dan pemilihan penulis telah selesai. Jadi saya tidak terlibat langsung dalam tahap awal proyek ini.
Apakah Mas Ibnu suka traveling? Jika diberi 1 tiket gratis, Mas Ibnu memilih pergi ke Roma atau Bangkok? Alasannya?
Tentu saya sangat suka jalan-jalan. Dengan berkelana, kita melihat apa yang selama ini luput dari ruang lingkup tatapan kita. Roma dan Bangkok adalah dua kota yang sangat menarik. Saya ingin pergi ke dua kota itu, hahaha…
Curang, hihihihi. Ada pengalaman menarik sewaktu mengedit novel-novel STPC?
Ketika menyunting novel BANGKOK, saya harus memeriksa kembali kebenaran data yang ada. Saat itulah saya tahu tempat-tempat prostitusi yang meriah di kota itu, hahaha…
Oalah, pasti Patpong dan sekitarnya ya, hahaha. Mas Ibnu menjadi editor untuk novel Roma dan Bangkok yang dua-duanya ditulis oleh pria. Apakah sengaja ingin mengedit novel pria atau memang kebetulan?
Kebetulan saja. Meskipun sesungguhnya saya tertarik menggarap karya bersama penulis-penulis pria. Mereka pasti punya ide liar dan orisinal, hahaha…
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk membuat sebuah novel, mulai dari awal hingga selesai editing?
Proses lahirnya sebuah novel (atau karya fiksi pada umumnya) berbeda satu dari yang lain. Untuk novel populer biasanya lahir lebih cepat, antara tiga hingga empat bulan. Saya percaya, karya yang baik adalah karya yang lahir dari proses panjang dan tidak tergesa-gesa.
Seandainya Mas Ibnu diminta untuk menulis novel STPC, di mana lokasi yang menurut Mas paling keren untuk dijadikan setting?
Saya akan menulis tentang wilayah-wilayah yang luput dibicarakan orang banyak. Kalaupun cukup dikenal, daerah itu terlanjur dilihat sebagai lokasi yang rawan konflik dan berbahaya. Saya pikir banyak pembaca muda yang juga tertarik dengan latar ruang seperti itu. Tel Aviv, misalnya. Kota ini sangat menarik dan punya banyak potensi cerita. Tidak usah jauh-jauh, di Indonesia ada puluhan kota yang keren dan mengejutkan. Jika digali dengan cermat, bisa jadi karya hebat.
Satu kata yang mewakili (judul-judul novel sbb):
Roma: Hangat
Bangkok: Seksi
Kita berandai-andai ya ^^. Kalau Mas Ibnu boleh mengajak satu penulis luar negeri untuk terlibat dalam proyek STPC, siapa yang ingin Mas ajak?
Hmmm… Siapa ya? Saya tidak banyak mengenal penulis luar. Tapi mengajak penulis asing untuk menulis cerita berlatar kota-kota menarik di Indonesia akan jadi proyek yang bagus. Mereka pasti punya visi yang khas tentang Indonesia.
Apa proyek novel selanjutnya yang akan Mas Ibnu garap?
Secara mandiri, saya sedang melakukan riset sederhana tentang cerita-cerita horor di Indonesia dari masa ke masa. Berangkat dari ketertarikan saya pada setan dan hantu, saya tengah mengerjakan proyek cerita-cerita horor yang khas Indonesia. Cerita horor tidak ada matinya. Pembacanya selalu ada, bahkan banyak. Namun karya-karya horor Indonesia sekarang (film dan buku) tidak digarap dengan baik, sehingga tidak jadi sesuatu yang berarti.
Ada tips singkat untuk penulis baru yang ingin mengirim naskahnya ke Gagasmedia? Apa yang harus diperhatikan?
Banyaklah membaca buku-buku karya sastrawan atau penulis Indonesia, terutama karya-karya klasik. Dengan demikian kita punya pengetahuan yang baik tentang cara tutur dan teknik bercerita yang khas Indonesia. Galilah tema-tema baru dan menantang. Lihat dunia di sekitar kita, sebab di sana tersedia inspirasi yang tak ada habisnya.
Terima kasih banyak sudah berbagi dengan Lust and Coffee. Ditunggu karya Mas Ibnu selanjutnya ya ^^
P.S. Stay tuned karena masih ada kesempatan untuk memenangkan novel-novel STPC selama bulan September 🙂