Monthly Archives: August 2013
[Book Review] Th1rteen R3asons Why by Jay Asher
Title: Thirteen Reasons Why
Author: Jay Asher
Publisher: Razorbill
Published: June 14th, 2011
No. Of Pages: 242
ISBN: 978-1-84408-808-9
Category: Fiction
Genre: Young Adult, Mystery
Format: Ebook
Opening sentences: Of course I’d seen him before. Many times. In the cafes, restaurants, theatres, concert halls and beautiful shops of a small city like Vienna, everyone knew who was who, and everyone knew who might one day be more than that.
Clay Jensen returns home from school to find a mysterious box with his name on it lying on his porch. Inside he discovers thirteen cassette tapes recorded by Hannah Baker, his classmate and crush who committed suicide two weeks earlier.
On tape, Hannah explains that there are thirteen reasons why she decided to end her life. Clay is one of them. If he listens, he’ll find out how he made the list.Through Hannah and Clay’s dual narratives, debut author Jay Asher weaves an intricate and heartrending story of confusion and desperation that will deeply affect teen readers.
Gegara membaca review dari She Dreams in Fiction, gue jadi tertarik ingin ikut membaca novel ini. Pas udah baca sedikit, baru tahu kalau novel ini mendapat rating tinggi di Goodreads. Tema yang gelap dan berbau kematian selalu menarik, apalagi ditambah pesan bernada ancaman yang direkam di kaset (old school banget</em). Sebagai penggemar novel bernuansa gelap, gue penasaran dengan novel ini. Sambil menunggu AJ sekolah, gue mulai membaca versi ebook novel ini.
Press Pause button
Dari awal, novel ini udah bikin gue penasaran, seperti ketika membaca novel Pretty Little Liars.
Press Play button
Adalah Clay yang mendapat kiriman berupa paket berisi kaset rekaman suara Hannah yang tewas karena bunuh diri. Di dalam kaset tersebut, Hannah menyebutkan who’s who yang berhubungan dengan kematiannya. Seperti yang sudah diduga, Hannah dilecehkan oleh cowok yang pertama kali menciumnya, Justin. Dan Justin bukanlah seorang gentleman seperti Peeta atau bahkan Edward yang banyak digilai cewek-cewek. Justin is a total douche. Kencan sederhana di sebuah taman yang berakhir dengan ciuman biasa dipelintir menjadi sebuah kisah bombastis yang membuat reputasi Hannah juga berubah. Setelah kejadian ciuman di taman, Hannah, si anak baru, menjadi pusat perhatian, bahkan olok-olok teman-temannya. Secarik kertas berisi daftar Hot or Not beredar di kelas Hannah. Tentu saja, Hannah berada dalam daftar hot sedangkan anak baru lainnya, Jessica, berada dalam deretan kolom not. Sebenarnya, Hannah, Jessica, dan Alex adalah anak baru. Tapi, sesama anak baru belum tentu cocok dan bersahabat. Tiap individu punya agenda masing-masing dalam hidupnya.
Rumor yang keluar dari mulut Justin berefek panjang seperti bola salju, dan semakin banyak orang yang terbawa arus dalam lintasan bullying tersebut.
Sambil mendengarkan rekaman Hannah, Clay menapak tilas tempat-tempat yang memiliki nilai historis bagi Hannah. Clay mendapatkan peta berisi coretan-coretan yang menandakan tempat-tempat tersebut, juga orang-orang yang berkontribusi dalam kematian Hannah.
Tape 1 Side A: Justin Foley, Hannah’s first kiss
Tape 1 Side B: Alex Standall, a freshman who made the Hot or Not list
Tape 2 Side A: Jessica Davis, a frehman who’s jealous of Hannah
Tape 2 Side B: Tyler Down, school’s photographer, a peeping tom
Tape 3 Side A: Courtney Crimsen, the fake friend
Tape 3 Side B: Marcus Cooley, harrassed Hannah on a date
Tape 4 Side A: Zach Demsey, who stole Hannah’s note
Tape 4 Side B: Ryan Shaver, the poet
Tape 5 Side A: Clay Jensen, Hannah’s kiss at the party
Tape 5 Side B: Justin Foley, the witness
Tape 6 Side A: Jenny Kurtz, the cheerleader who offered Hannah a ride home
Tape 6 Side B: Bryce Walker, the pervert
Tape 7 Side A: Mr. Porter, Hannah’s teacher and counselor
Tape 7 Side B: —
Novel ini bercerita tentang remaja yang frustrasi, tragedi yang melibatkan kematian serta pemerkosaan. My chest felt heavy while reading this novel. Topiknya memang agak ‘berat’ dalam arti melibatkan emosi dan psikis. Gue nggak bisa baca novel ini secara cepat karena harus beristirahat sejenak untuk mengistirahatkan otak dan perasaan.
Narasi yang berpindah-pindah dari suara rekaman Hannah dan Clay membuat novel ini memiliki dua suara. I think Jay is a genius. Tidak semua penulis bisa menulis dengan teknik seperti ini. Inti novel ini sebenarnya sederhana. Berhati-hatilah dalam bertindak dan bersuara, karena efeknya bisa panjang.
Gue antara benci dan kasihan dengan tokoh Hannah. *sorry, no spoiler*. Lalu, endingnya agak melenceng dari perkiraan, namun nggak mengecewakan juga sih.
Pesan novel Thirteen Reasons Why adalah ghosts of the past will always haunt you if you have unresolved problems. And, always listen to both sides of the stories, because the truth will always be in the middle.
Press Stop button
You can’t rewrite the past.
The Valentine survey was a two-parter. First, you described yourself. Hair color. Eye color. Height. Body type. Favorite type of music and movie. Then you put a check beside your top three things to do on weekends. Which is funny, because whoever designed the first list forgot to mention drinkibg and sex-which would’ve been the most accurate response for most of our student body.
The wonderful thing about a yearbook photo is that everyone shares the moment with you…forever.
I exhale a tiny laugh and I smile. Whenever I’m out late she makes a sandwich for my school lunch. I always protest and tell her not to, saying I’ll make my own when I get home. But she likes it. She says it reminds her of when I was younger and needed her.
They wanted us to know when the Magna Carta was signed-never mibd what it was-as opposed to discussing birth control
Buku ini akan difilmkan dengan memasang Selena Gomez sebagai Hannah Baker (I prefer Elle Fanning, though).
Need a second opinion? Check out these reviews:
Chick Loves Lit here
New York Times here
Publishers Weekly here
Submitted for:
New Authors Reading Challenge here
Books in English Challenge here
Until next time:)
Friday’s Recommendation 1: Thirteen Reasons Why
Seru banget anak-anak BBI pada kreatif dengan menjadi host berbagai bookish meme. Selain reading challenge, meme non-review juga asyik banget untuk diikuti.
Kali ini, setelah hiatus sekian lama, Ren kembali menghidupkan kembali meme Friday’s Recommendation. Ini kali pertama gue ikutan meme ini, arena gue terbilang baru jadi member BBI.
Untuk rekomendasi pertama, gue akan kasih buku ini:
Review ada di sini.
Kenapa gue merekomendasikan buku ini walau judulnya memakai kode-kode illuminalay?
1. Temanya yang gelap. Gue penyuka buku-buku suram. Tokoh utamanya bunuh diri dan ia merekam suaranya di kaset. Ia juga menyebutkan nama teman-temannya yang berhubungan dengan kematiannya. Sebelum bunuh diri, ada kecelakaan, perkosaan, dan pelecehan seksual.
2. Kisah di buku ini menggambarkan kehidupan remaja saat ini.
3. Walau genre YA, novel ini cocok dibaca oleh semua kalangan (di atas 15 tahun). Sebagai orangtua, gue merasa jadi ‘ngeh’ akan perilaku remaja dan jadi mikir apa yang harus gue lakukan ketika AJ beranjak remaja
4. Pesan yang disampaikan penulis jelas dan relevan dengan remaja di belahan dunia mana pun.
Gue membaca versi ebooknya. Tapi, sebenarnya novel ini sudah ada terjemahannya.
Link di sini.
Buku ini pernah direview oleh:
Pengen ikutan meme Friday’s Recommendation? Ini rulesnya :
1. Tulis buku yang ingin kamu rekomendasikan. Kategori buku yang akan direkomendasikan bisa memilih dari kategori di bawah ini :
a. Buku yang ingin diterjemahkan di Indonesia
b. Buku yang sudah terbit di Indonesia, dan ingin kamu rekomendasikan ke pembaca.
Jangan lupa menulis alasan kamu merekomendasikan buku itu ya
2. Jika kamu sudah pernah me-review buku yang ingin kamu rekomendasikan itu, taut balikkan ke link reviewmu ya
3. Pasang button Friday’s Recommendation, jangan lupa di taut balikkan ke blog Ren’s Little Corner
4. Masukkan link Friday’s Recommendation ke linky yang telah disediakan.
5. Jangan lupa untuk blogwalking ke blog – blog lain 🙂
6. Waktu meme adalah bi-weekly. Diposting setiap hari Jum’at minggu ke-2 dan ke-4 tiap bulan
Until next time:)
Scene on Three 5: Thirteen Reasons Why
We’re finally reaching the end of August. Bulan ini pace baca gue agak lamban karena satu dan lain hal. Maunya sih punya waktu luang tak terbatas untuk membaca. Namun, banyak hal yang harus dikerjakan. Jadi, ya, pasrah deh, sebisanya aja.
Untuk Scene on Three ke-5 ini, gue akan mengambil secuplik bagian dari novel yang masih gue baca, Thirteen Reasons Why. Novel YA ini rada gelap karena tokoh utamanya bunuh diri. Sebelumnya, ia merekam suara di kaset dan bercerita tentang orang-orang yang berhubungan dalam kasus tersebut.
Bullies. Drugs. Self-image. Relationships. Everything was fair game in Peer Communications. Which, of course, made a lot of other teachers upset. It was a waste of time, they said. They wanted to teach us cold hard facts. They understood cold hard facts.
They wanted to teach us the meaning of x in relation to pi, as opposed to helping us better understand ourselves and each other. They wanted us to know when the Magna Carta was signed-never mind what it was-as opposed to discussing birth control.
Setuju! Tiap sekolah seharusnya punya kelas Peer Communications (selain Sex Ed) untuk memberi gambaran tentang jahatnya dunia luar. Ilmu pengetahuan memang penting, namun membekali anak dengan fakta di luar sana juga sama pentingnya. Gue sering banget dengar anak SMA buka kamar lalu … ya, you know what they did. Mulai dari anak-anak jetset sampai kalangan bawah, sama aja nakalnya. Gue punya anak umur 3.5 tahun yang bakal jadi ABG. Melihat kenyataan dunia luar kaya gini, terus terang gue ngeri. *knock on wood* jangan sampai terjadi kaya gitu.
Gue follow akun @DearPornAddicts di Twitter yang isinya segala jenis keburukan pornografi. Gue sering RT tweetnya, sebagai bentuk kampanye anti pornografi. Gue membaca beberapa buku memoir ex porn star yang memberi kesaksian tentang kejahatan di balik layar industri pornografi. Seandainya gue punya banyak waktu luang dan bisa mobile kemana-mana, dengan senang hati gue akan datang ke sekolah-sekolah untuk kampanye dan berdiskusi dengan anak-anak sekolah tentang bahayanya pornografi. Moga-moga keinginan gue ini tercapai.
Ikutan Scene on Three yuk. Caranya:
- Tuliskan suatu adegan atau deskripsi pemandangan/manusia/situasi/kota dan sebagainya ke dalam suatu post.
- Jelaskan mengapa adegan atau deskripsi itu menarik, menurut versi kalian masing-masing.
- Jangan lupa cantumkan button Scene on Three di dalam post dengan link menuju blog Bacaan B.Zee.
- Masukkan link post kalian ke link tools yang ada di bawah post Bacaan B.Zeesekalian saling mengunjungi sesama peserta Scene on Three.
- Meme ini diadakan setiap tanggal yang mengandung angka tiga, sesuai dengan ketersediaan tanggal di bulan tersebut (tanggal 3, 13, 23, 30, dan 31).
Until next time!
Bookish Top Ten: a New Meme
Halo,
Seperti yang sudah diworo-woro di grup FB BBI juga Bajaj Jabodetabek, mulai 10 September 2013, gue akan mengadakan meme berbau buku yang dikasih judul Bookish Top Ten. Sesuai judulnya, list tersebut berisi segala sesuatu yang berhubungan dengan buku, misalnya: buku favorit, buku masa kecil favorit, tokoh fiksi favorit, penulis favorit, juga tempat baca favorit.
Syaratnya sih gampang aja:
1. Punya blog. Tidak harus blog buku kok, yang penting blog.
2. Kalau kamu tidak punya blog, kamu bisa posting di note FB atau Goodreads.
3. Pasang button Bookish Top Ten di postinganmu. Jangan lupa sertakan link postingan Bookish Top Ten Lust and Coffee juga ya.
4. Tiap bulan akan ada tema baru biar seru yang akan diumumkan tiap tanggal 10.
5. Linky akan dipasang tiap tanggal 10 hingga 30/31 setiap bulannya agar teman-teman yang tidak sempat posting tanggal 10 masih bisa ikut hingga akhir bulan.
Untuk tanggal 10 September 2013 nanti tantangannya adalah:
Sebutkan 10 buku favorit teman sesama blogger.
Boleh diberi alasan supaya teman-teman lain tertarik untuk membaca buku-buku tersebut.
Gue sudah pernah menodong dua teman gue, yaitu Ijul dan Iif.
Untuk bulan September, gue sudah menodong Fanda, blogger buku penggemar sastra klasik.
Semoga masih ada waktu untuk menodong listnya ya, teman-teman.
See you in September ^^
Wishful Wednesday 28: One Night in Winter
Ketemu lagi dengan hari Rabu, saatnya berandai-andai dengan buku-buku yang unyu ^^
Minggu ini, nggak sabar banget pengen memiliki buku ini:
One Night in Winter by Simon Sebag Montefiore
Link Bookdepository here
Description:
If your children were forced to testify against you, what terrible secrets would they reveal? Moscow 1945. As Stalin and his courtiers celebrate victory over Hitler, shots ring out. On a nearby bridge, a teenage boy and girl lie dead. But this is no ordinary tragedy and these are no ordinary teenagers, but the children of Russia’s most important leaders who attend the most exclusive school in Moscow. Is it murder? A suicide pact? Or a conspiracy against the state? Directed by Stalin himself, an investigation begins as children are arrested and forced to testify against their friends – and their parents. This terrifying witch-hunt soon unveils illicit love affairs and family secrets in a hidden world where the smallest mistakes will be punished with death.
Kebayang serunya buku ini yang berlatar WWII dan investigasi mengenai kematian kedua anak petinggi tersebut. Kesaksian seperti apa yang akan tercetus dari mulut-mulut polos anak-anak itu ya?
Yang jelas, gue kudu ikut POnya, hihihihi. Covernya juga kerrn, pokoknya suka.
Yang mau ikutan Wishful Wednesday:
- Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
- Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) atau segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan bookish kalian, yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku/benda itu masuk dalam <emwishlist kalian ya!
- Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr Linky. Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
- Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)
Happy Wednesday.
15 Day Book Blogging Challenge Day 13: Underrated Book
I don’t like Monday. Hari ini cerah, waktu juga berkalan cepat. Untungnya juga, gue tidak melewati daerah macet. Ditambah ART lama balik lagi. Jadi, mood hari ini lumayan bagus.
Tantangan hari ke-13 adalah:
Describe one underappreciated book everyone should read
Salah satu novel terbaik yang gue baca tahun ini adalah:
My review here.
Gue heran, kenapa ratingnya nggak sampe 3 di GR, padahal menurut gue novel ini sangat bagus dengan kisah cinta berlatar agama Buddha.
Banyak filosofi spiritual dan kehidupan yang terselip di novel ini. Latar keluarga Meng Ning juga sangat mengharukan, terutama saat adik kecil Meng Ning jatuh ke sungai. Keraguan dalam hubungan percintaan juga membuat tokoh Meng Ning begitu hidup. It’s a great book. Sayangnya, novel ini udah sulit ditemukan di toko buku, kecuali OL shop, barangkali.
More reviews:
Yang mau ikutan challenge ini, langsung ke TKP blognya April.
Happy Monday!
Bookish Sunday: Benefits of Being a Book Blogger
Lazy Sunday hari ini sama sekali nggak lazy. Entah kenapa, hari ini lagi musim kondangan. Jalur protokol juga agak padat karena ada pawai salah satu ormas. Ditambah dengan dangdutan yang (biasanya) sampai semalam suntuk dari hajatan belakang rumah, membuat gue nggak bisa tidur siang.
Enough with the rants, bahasan kali ini adalah benefits of being a book blogger. Gue hanya mau share beberapa keuntungan sebagai book blogger yang gue rasakan.
1. Networking
Baru beberapa bulan gabung dengan BBI, jaring pertemanan gue sudah sangat meluas hingga ke luar pulau Jawa. Teman gue bertambah, follower blog dan Twitter juga ikut nambah. Selain menjalin hubungan dengan sesama penggila buku, gue berkesempatan untuk mendapat teman baru dari pembaca blog. Selain itu, sedikit demi sedikit gue juga mulai kenal dengan orang-orang dari penerbit yang menawarkan gue untuk mereview buku-buku new release.
2. Freebies
Siapa sih yang nggak suka dapat buku gratisan? Selama gue ngeblog buku, gue sudah banyak banget mendapat buku gratis dari penerbit, menang kuis, juga hadiah dari teman-teman sesama blogger. Kesempatan untuk swap juga terbuka lebar.
3. Writing exercise
Selain mereview dan ngeblog di Lust and Coffee, gue juga belajar menulis fiksi. Memang di blog ini hue tidak menulis cerpen atau FF, namun latihan menulis rutin seperti sekarang ini, misalnya, adalah latihan yang sangat berguna untuk memgasah kemampuan menulis fiksi. Semakin sering menulis, kita jadi tahu kelebihan dan kekurangan kita.
4. Rise to Fame
Tujuan gue menulis blog bukan untuk mencari ketenaran (lebih baik gue melamar ke rumah produksi Multivision untuk main sinetron aja kalau mau ngetop, hehehe). Namun, menjadi reviewer yang dikenal luas mendatangkan keuntungan juga bagi blogger. Seperti Ijul, misalnya. Ia adalah salah satu blogger buku yang populer di Indonesia. Ijul diajak kerjasama oleh salah satu penerbit raksasa untuk memajukan dunia buku. Ia sering diajak untuk menghadiri launching buku, dan banyak lagi.
5. Sponsorship
Gue beberapa kali mendapatkan sponsor berupa buku-buku untuk dijadikan hadiah kuis dari penerbit. Selain bisa ‘megintip’ bukunya untuk diresensi, gue juga senang bisa merancang event berhadiah buku untuk pembaca di Indonesia, karena tujuan gue adalah melestarikan budaya membaca. Sekali kita mendapat ‘sponsor’, maka untuk ke depannya jika kita akan mengadakan event, pihak penerbit tidak akan ragu untuk memberikan sponsor berupa buku.
6. Challenge
Ngeblog buku bukan hanya menulis review. Supaya blog kita terlihat menarik dan banyak dikunjungi, kita harus kreatif. Banyak sekali bookish meme juga reading challenge yang bisa diikuti untuk mengurangi timbunan di rak. Posting artikel tentang segala yang berbau buku juga sangat menarik dan menantang. Misalnya: mewawancarai penulis/editor, sesama blogger, atau menulis pengalaman kita berburu buku ke berbagai pelosok, hingga ke luar negeri.
So, tunggu apa lagi? Untuk kamu yang suka membaca, kita mulai yuk kebiasaan ngeblog buku 🙂
Happy Sunday!
Scene on Three 4: Some Girls, Some Hats and Hitler
Nggak berasa udah sampai di tanggal 23 Agustus, hari Jumat pulak. Hari ini lebih spesial karena bertepatan dengan hari ultah bokap gue :’) Jadi agak sentimental pagi-pagi.
Untuk Scene on Three ke-4 ini, gue akan mengambil sedikit cuplikan dari memoir Some Girls, Some Hats and Hitler yang ditulis oleh Trudi Kanter. Buku ini bercerita tentang kisah cinta antara Trudi dengan Walter di era Holocaust yang merebak di Austria.
Much later, I learnt that Steffi had asked my parents regularly if they needed money. The answer was always the same: ‘No, no, Trudi left us plenty. If we need anything, we will tell you.’ The fact was that they had been robbed of almost everything and were penniless. They were selling what was left of their possessions, one by one. (p. 178)
Hampir semua orangtua tidak ingin memyusahkan anaknya. Walau sudah sulit secara finansial, mereka tidak akan meminta kepada anaknya. Asli, pas baca scene di atas, gue teringat sama ortu dan ngebayangin kalau sampai ada kejadian kayak gitu. *langsung mellow*
Ikutan Scene on Three yuk. Caranya:
- Tuliskan suatu adegan atau deskripsi pemandangan/manusia/situasi/kota dan sebagainya ke dalam suatu post.
- Jelaskan mengapa adegan atau deskripsi itu menarik, menurut versi kalian masing-masing.
- Jangan lupa cantumkan button Scene on Three di dalam post dengan link menuju blog Bacaan B.Zee.
- Masukkan link post kalian ke link tools yang ada di bawah post Bacaan B.Zee, sekalian saling mengunjungi sesama peserta Scene on Three.
- Meme ini diadakan setiap tanggal yang mengandung angka tiga, sesuai dengan ketersediaan tanggal di bulan tersebut (tanggal 3, 13, 23, 30, dan 31).
Until next time!