[Book Review] Pasung Jiwa by Okky Madasari

book_infore_news_picture_50Judul: Pasung Jiwa
Penulis: Okky Madasari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Mei 2013
Tebal: 328 halaman
ISBN: 978-979-22-9669-3
Kategori: Novel Fiksi
Genre: Sastra Indonesia, Sosial Budaya
Beli di: Mbak Maria
Harga: Rp. 41,250
Kalimat pembuka:

Seluruh hidupku adalah perangkap.

book_blurb

Apakah kehendak bebas benar-benar ada?
Apakah manusia bebas benar-benar ada?

Okky Madasari mengemukakan pertanyaan-pertanyaan besar dari manusia dan kemanusiaan dalam novel ini.

Melalui dua tokoh utama, Sasana dan Jaka Wani, dihadirkan pergulatan manusia dalam mencari kebebasan dan melepaskan diri dari segala kungkungan. Mulai dari kungkungan tubuh dan pikiran, kungkungan tradisi dan keluarga, kungkungan norma dan agama, hingga dominasi ekonomi dan belenggu kekuasaan.

thoughts

Senang rasanya bisa selesai membaca novel yang menjadi salah satu finalis Khatulistiwa Literary Awards 2013. Novel ini juga diusulkan Indah link ada di sini

Terus terang saya agak kebingungan mau menulis apa, saking bagusnya buku ini. Banyak isu yang diangkat dalam Pasung Jiwa, diantaranya LGBT, hubungan anak dengan orangtua, bullying, perlakuan anggota militer zaman Orba, premanisme berkedok agama, juga persahabatan.

Sasana, anak dari ayah yang berprofesi sebagai pengacara, dan ibu yang bekerja sebagai dokter bedah, memiliki kehidupan yang membuat orang iri. Ia bersekolah di sekolah ternama, mendapat pendidikan non-formal di bidang musik (Sasana mahir bermain piano sejak usia dini), dan fasilitas mewah lainnya. Namun, semua itu tidak membuat hidupnya bahagia. Ia merasa terkurung dan kebebasannya terkubur.
Suatu hari, ia mendengar keramaian di dekat rumahnya. Rupanya ada pertunjukan dangdut yang ramai dikunjungi oleh orang kampung. Sasana terpana. Ia tersedot dalam ekstase musik dan goyang dangdut. Sejak saat itu, Sasana merasa dangdut adalah bagian dari kepribadiannya.

Ketika orangtua Sasana memergokinya sedang asyik berjoget dangdut di tengah penonton, ia disuruh pulang dan diinterogasi. Musik dangdut resmi di-banned di rumah itu. Sasana harus menahan diri untuk tunduk dengan peraturan orangtua dan belajar sebaik-baiknya agar menyenangkan ayah ibunya.

Hiburan Sasana adalah adiknya, Melati, yang cantik dan lucu. Diam-diam Sasana merasa iri dengan adiknya yang berpenampilan cantik dengan baju-baju berwarna-warni menarik.

Di sekolah barunya yang homogen, Sasana menjadi dipukuli oleh gank anak-anak pejabat. Ia dianiaya secara fisik dan dimintai uang sebagai biaya member gank. Ternyata, anak-anak kelas satu lainnya juga mendapat perlakuan serupa.
Ketika Sasana mendapat luka parah karena dikeroyok gank tersebut, ibunya murka dan meminta ayah Sasana untuk membawa kasus ini ke ranah hukum. Tak berdaya karena masalah kekuasaan, Sasana pindah ke sekolah heterogen di mana ia bisa bergaul dengan lebih aman dan nyaman.

Menginjak bangku kuliah, Sasana pindah ke Malang. Di sana ia tidak menyelesaikan pendidikannya. Ia memilih DO dan bergabung bersama Cak Jek, orang yang ia kenal di warung Cak Man, dan kemudian mereka membentuk duo dangdut dan ngamen ke mana-mana. Sasana memilih dipanggil Sasa karena ia mengubah penampilannya menjadi feminin. Ia juga bertemu dua anak kecil yang menjadi bagian dari grupnya.

Berbagai peristiwa terjadi membawa duka dan trauma. Untuk mencari arti kebebasan, Sasa dan Cak Jek harus menempuh perjalanan berliku dan menyakitkan.

Pasung Jiwa adalah novel pertama karya Okky Madasari yang saya baca dan saya langsung terpikat. Plotnya mengalir lancar, menggunakan POV pertama dari sudut pandang Sasana/Sasa dan Jaka Wani (Cak Jek). Tidak ada kata-kata indah dalam novel ini, tapi menohok dan membuat saya merenung tentang banyak hal, terutama kebebasan yang menjadi tema utama novel ini. Seperti kata pepatah, Freedom is an illusion, kebebasan sejati mungkin tidak akan pernah terjadi karena kita hidup di dunia ini, dalam tatanan sosial yang terbentuk dari berbagai peraturan, mulai dari aturan orangtua, agama, sekolah, juga pemerintah. Yang melanggar peraturan atau menolak untuk tunduk dianggap mengancam stabilitas tatanan tersebut, bahkan dianggap tidak waras.

Saya sempat menitikkan airmata di beberapa bagian, terutama waktu Sasana di-bully dan tidak mendapat keadilan, sewaktu ibunya memilih untuk tinggal bersamanya, juga sewaktu ia disiksa dan dilecehkan di markas koramil.

Tokoh Jaka Wani juga digambarkan sebagai provokator, ahli persuasi. Dari seorang pengamen, buruh pabrik, nelayan hingga ketua Laskar Malang, Jaka juga mencari arti hidupnya sendiri, merasa terpenjara karena keadaan.

Masih ditemukan beberapa typo, namun tidak mengurangi esensi cerita.

Pasung Jiwa mengambil setting waktu pra dan paska kejatuhan Suharto, menggambarkan kekuasaan militer dan pejabat yang berlaku sewenang-wenang.

Saya tak sabar ingin membaca karya Okky Madasari yang lain.

Reight Book Club General Discussions:
1. First impression
Cover Pasung Jiwa sangat mewakili temanya, yaitu kebebasan individu yang terkungkung.

2. How did you experience the book?
Tidak perlu waktu lama untuk menyelami karakternya. Saya langsung terhanyut di beberapa halaman pertama.

3. Characters
Sasana berubah menjadi Sasa dan Cak Jek juga mengubah namanya yang tadinya Jaka Wani menjadi Jaka Baru karena mereka bertumbuh.

4. Plot
Plotnya mengalir lancar dengan alur maju.

5. POV
Dari sudut pandang pertama, dinarasikan oleh Sasana/Sasa dan Jaka Wani.

6. Main Idea/Theme
Tentang kebebasan individu.

7. Quotes
Pagi adalah awal kehidupan. (hal. 103)

8. Ending
Cukup memuaskan untuk saya.

9. Questions
Stay tuned di blog ini besok ya, ada wawancara dengan penulisnya 🙂

10. Benefits
Pasung Jiwa membuat saya merenungkan banyak hal, tentang kebebasan individu yang sebenarnya juga penghakiman berdasarkan kebenaran kolektif.

 

20131125-062111.jpg

Until next time ^^

20131128-083529.jpg

About lustandcoffee

Hello, my name is Rachael and welcome to my blog. I'm a reader, as well as a book reviewer on various social media platforms. I love thriller, historical fiction, literature, a little bit of fantasy should be ok but mostly I read realistic fiction. I love traveling with my family and sitting near by the window on a rainy day with a cup of tea.

Posted on February 7, 2014, in Uncategorized and tagged , , , , , . Bookmark the permalink. 5 Comments.

  1. Sejauh mengenal Okky Madasari dari beberapa review yang pernah aku baca, banyak diantara mereka yang mengatakan bahwa Mbak Okky adalah regenerasi dari Djenar Maesa Ayu. Yah, sejujurnya, walaupun belum membaca bukunya, tapi aku bisa setuju sih. Karyanya bebas, dan nggak menye-menye menurutku. Benar-benar punya ekspektasi yang berbeda ketika tahu seorang perempuan bisa menulis sebrilian itu.

    Pasung Jiwa juga kayaknya demikian, arti kebebasan itu benar-benar dimunculkan dalam buku ini. Aku rasa, Sasana merasa jiwanya terpasung dan menginginkan hal yang sangat ‘wild’ ketika berubah diri menjadi Sasa,

    Jarang sih buku yang aku baca soal gini, mungkin pernah tapi nggak seserius Pasung Jiwa sepertinya. Wah, kalau boleh, Mbak Yuska pinjamkan aku untuk ini? Heheh ^^v

  2. Lagi cari-cari novel ini nih buat ngelengkapin koleksi buku Okky Madasari. Kemarin abis baca 86 dan suka banget! Udah punya Entrok tinggal nyari Maryam sama Pasung Jiwa. Sepertinya cerita coming of age ya dimana kita sebagai pembaca ikut dalam perjalanan pencarian jati diri Sasana. Penasaran! Semoga bisa cepet kebeli 🙂

  3. Makasih banget Kak Yuska buat review-nya ini. Aku jadi ikut-ikut teracuni pengin baca novelnya nih. Pasung Jiwa langsung masuk jadi wishlist deh. Mudah-mudahan nanti masih bisa ketemu bukunya. 🙂
    Hidup Sasana seru untuk disimak nih kayaknya. Perjalanan dan petualangan Sasana pasti panjang banget, soalnya di re-tell Kak Yuska sama sekali belum menyinggung isu di buku ini. Sasana mengingatkan aku pada Marni di Entrok.
    Nama Okky Madasari memang udah aku kasih +1 di list author aku karena baru pernah baca sekali karyanya Okky yang berjudul Entrok dan aku suka banget sama isinya yang mengambil setting dari tahun 40an hingga jaman Orde Baru. Dari Entrok juga banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa dipetik, baik dari sulitnya kehidupan juga permainan politik jaman dulu. Coba Kak Yuska baca deh kalau belum. 😉
    Sepertinya karya Okky Madasari ini lebih mengeksplor perkembangan jiwa dan masa tumbuhnya seseorang dari kecil hingga dewasa/tua, di mana si pemeran utama nggak jauh-jauh dari sosok perempuan. Aku yang juga perempuan mudah sekali terhanyut dengan ceritanya, kayak Kak Yuska yang terlena oleh Pasung Jiwa.
    Baiklah, gara-gara baca review ini, mumpung karya Okky belum terlalu bejibun, aku pengin bisa ngelengkapin ah. 😀

  1. Pingback: Meet the Author: Okky Madasari – Pasung Jiwa | lustandcoffee

  2. Pingback: New Authors RC 2014: Books I Read in January-February | lustandcoffee

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: