Blog Archives
[Book Review] The Moon Opera by Bi Feiyu @Elexmedia
Judul: The Moon Opera
Penulis: Bi Feiyu
Penerjemah: Indrayati Soebakdi J.A.
Penerbit: Elex Media Komputindo
Web Penerbit: klik
Goodreads: klik
Terbit: 30 Oktober 2013
Tebal: 144 halaman
ISBN: 9786020224084
Kategori: Fiksi
Genre: Budaya, Chinese Literature
Beli di: Mbak Maria
Harga: Rp. 15,000 (Clearance Sale)
Kalimat pembuka:
Bagi Qiao Bingzhang acara makan malam itu seperti kencan buta, dan dia baru menyadari setelah separuh acara berlangsung, bahwa lelaki yang duduk di seberangnya adalah seorang pengusaha pabrik rokok.
Bi Feiyu—seorang pujangga muda dari Cina yang berbakat—mengangkat kehidupan opera Cina dan bintangnya, menciptakan kembali segala godaan dan kesuksesan yang dihasilkan dari pementasan itu.
Seorang diva yang iri hati, Xiao Yanqiu, bintang dari Opera Rembulan—sebuah opera Cina yang sukses di zamannya—mencelakai pemeran penggantinya dengan air mendidih hingga cacat wajah seumur hidup. Dengan alasan itulah dia dikucilkan oleh anggota rombongan sandiwaranya, dan beralih menjadi seorang pengajar di sebuah akademi drama.
Dua puluh tahun kemudian, seorang bos pabrik rokok menawarkan diri untuk menanggung semua biaya pementasan ulang opera terkutuk itu, namun hanya jika Xiao Yanqiu yang memerankan peran Chang’e. Maka dia pun melakukannya, dan percaya bahwa dia adalah seorang dewi bulan yang hidup dalam keabadian.
Kisah yang dipenuhi dengan intrik, drama, dan kecemburuan di belakang panggung sebuah opera Peking, The Moon Opera menyajikan gambaran mengagumkan tentang seorang wanita dengan dunia yang secara tidak sadar telah menjunjung sekaligus membatasinya.
Editor’s Note
Kisah ini dituliskan dengan singkat namun dramatis oleh sang penulis. Sang penulis menampilkan emosi yang mengena dalam tulisannya. Membawa kita masuk ke dalamnya sehingga kita dapat mengikuti aliran emosi yang dibawa sang penulis ke dalam kisah itu. Dinominasikan dalam Independent Foreign Fiction Prize tahun 2008.
(Chinese Proverb)
Di mana wanita berkumpul, di situ ada iri hati. Mungkin perempuan memiliki kadar iri dan cemburu yang lebih besar daripada pria. Entahlah. Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemui kasus pencemaran nama baik hingga kriminal yang pelakunya wanita atas dasar iri hati atau cemburu.
Xiao Yanqiu, tokoh sentral dalam The Moon Opera, dikisahkan berparas cantik, memiliki tubuh indah dan lentur, serta suara merdu yang mampu memukau penonton opera. Di usia sembilan belas, Yanqiu tampil sebagai Chang’e (pemeran utama wanita dalam pertunjukan opera Cina). Dalam setiap pertunjukan opera, selalu ada pemeran pengganti untuk mendukung pemeran utama. Li Xuefen, aktris tersohor pada zamannya, bertugas sebagai pemeran pengganti dalam Opera Rembulan. Yanqiu yang tidak mau berbagi dengan Xuefen, memonopoli peran dalam panggung dan tidak memberi kesempatan pada Xuefen untuk unjuk kebolehan di depan penonton.
Konflik tak terelakkan. Yanqiu menyiram wajah Xuefen dengan air panas. Opera Rembulan tidak jadi dipentaskan.
Waktu berlalu dan Yanqiu bertambah usia. Pemilik pabrik rokok ingin agar Opera Rembulan kembali dipentaskan. Yanqiu bersemangat ingin kembali naik pentas, tapi kemampuan yang dulu ia miliki telah hilang. Chunlai, Chang’e baru yang masih muda didapuk untuk menggantikan Yanqiu. Sadar akan kemampuannya, Yanqiu melatih Chunlai agar penampilannya sempurna. Namun dalam hati, Yanqiu masih belum rela untuk mundur sebagai pemeran pengganti.
Selain konflik dalam grup opera, rumah tangga Yanqiu dengan suaminya, Miangua, juga mengalami turbulensi. Pada akhirnya, saya sebagai pembaca merasa kasihan pada Yanqiu.
Novel ini pendek dan sebenarnya bisa dibaca dalam sekali duduk. Namun saya tidak menemukan greget seperti saat membaca Farewell, My Concubine yang juga berkisah tentang pemain opera Cina dan rasa cemburu yang memicu konflik. Beberapa bagian The Moon Opera membuat saya bosan, terutama bagian Yanqiu dan Miangua. Novel ini singkat tapi kurang padat. Tokoh Yanqiu juga sangat menyebalkan. Airmata penyesalan seolah palsu dan tetap tidak menimbulkan rasa simpati.
Mungkin jika membaca bahasa aslinya, buku ini akan lebih enak dibaca. Sayang saya tidak bisa bahasa Mandarin.
Yang saya sukai dari buku ini adalah kutipannya. I’m a sucker for beautiful quotes. Gara-gara membaca buku ini, saya jadi kepikiran ingin punya 1 notebook khusus berisi kutipan.
Saya masih punya 1 buku karya Bi Feiyu lagi yang mengantri di timbunan. Semoga lebih seru dari The Moon Opera.
Ada saat ketika seorang wanita seakan memang terlahir untuk menjadi milik pria yang ditangisinya. (hal. 37)
Lelaki berkelahi dengan lelaki lain, tetapi perempuan menghabiskan seluruh hidup mereka untuk memerangi diri sendiri. (hal. 46)
Need a second opinion?
Juushika
[Book Review] Queen, Empress, and Concubine by Claudia Gold
Judul: Queen, Empress, Concubine
Penulis: Claudia Gold
Penerjemah: Ida Rosdalina
Penerbit: Alvabet
Web Penerbit: link
Terbit: April 2012, cetakan pertama
Tebal: 152 halaman
ISBN: 978-602-9193-17-6
Kategori: Non Fiksi
Genre: Biografi, Sejarah
Beli di: Yes24
Harga: Rp. 115,900
Di balik dominasi laki-laki dalam sejarah, ternyata ada sejumlah perempuan hebat yang menjadi penguasa, sebagai ratu atau permaisuri, presiden atau perdana menteri. Kaum elit perempuan ini—yang berkuasa melalui suksesi dinasti, pemilu demokratis, atau dengan cara lain—telah mencapai kepemimpinan tertinggi dalam politik. Beberapa di antara mereka bahkan menjadi tokoh sangat berpengaruh dan karismatik dalam sejarah dunia.
50 Perempuan Penguasa melukiskan dengan jelas potret kehidupan 50 perempuan luar biasa yang memegang posisi politik sangat dominan dalam sejarah, dari Ratu Sheba di zaman kuno hingga Perdana Menteri Benazir Bhutto di era modern. Setiap profil tokoh digambarkan dengan jelas dalam konteks dan budaya setempat kala itu, sehingga memungkinkan sang penulis untuk tidak hanya menceritakan kisah hidup tokoh-tokoh perempuan yang penuh keberanian dan ketegasan ini, melainkan juga menyuguhkan informasi memikat perihal sejarah sosial alternatif selama 3.500 tahun terakhir.
Dilengkapi dengan gambar-gambar eksklusif untuk setiap tokoh serta didesain dengan tata letak isi yang bervariasi, buku ini benar-benar indah dan memikat. Dan, jika Anda meragukan kompetensi, keahlian, dan keagungan perempuan dalam kepemimpinan dan kekuasaan, buku ini akan dengan mudah membalikkan pandangan Anda.
Saya nggak sengaja menemukan buku ini di situs Yes24. Tadinya saya mau membeli sepatu. Ternyata, memang dasar bukan rezeki, sepatu tersebut sold out. Saya bingung mau beli apa. Pada hari tersebut, buku ini muncul di halaman utama. Karena saya sedang menonton serial The Borgias, saya memutuskan untuk membeli buku ini. Dua tokoh dalam serial yang berdasarkan kisah nyata pemerintahan Vatikan era Paus Alexander VI tersebut, yaitu Lucrezia Borgia dan Catharina Sforza dibahas dalam buku ini.
Saya juga sedang membaca buku Maharani karya Pearl S. Buck. Tokoh utamanya, mantan selir yang menjadi Empress dinasti Qing, yaitu Ci Xi juga ada di buku ini.
Dari ke-50 tokoh wanita penguasa di buku ini, beberapa yang menarik perhatian saya adalah:
1. Nefertiti
Selain terkenal karena kecantikannya, Nefertiti dan suaminya, Akhenaten, berani membuat agama baru. Sebelumnya, rakyat Mesir memuja Amun-Ra. Saat Akhenaten berkuasa, ia menghancurkan kuil pemujaan terhadap dewa Amun, Mut, dan Khonsu, diganti dengan dewa tunggal, Aten.
2. Izebel
Istri raja Ahab yang memuja Baal ini menjadi musuh Elia. Suaminya yang dulu mengakui satu tuhan membiarkan istrinya membawa nabi-nabi palsu ke istananya. Ia juga membunuh nabi-nabi pemuja Yahweh. Sesuai ramalan Elia, Izebel mati mengenaskan. Sebelumnya saya pernah membaca kisah Izebel dari buku The Fifth Mountain yang reviewnya ada di sini.
3. Caterina Sforza
Musuh bebuyutan keluarga Borgia ini dikenal sebagai perempuan perkasa yang mampu berperang dalan keadaan hamil.
Ketika musuh mengancam akan membunuh anaknya, ia mengangkat roknya dan mempertontonkan kelaminnya sambil berkata bahwa ia tidak takut karena ia sanggup memproduksi lebih banyak anak lagi.
4. Mary Tudor
Ratu pertama Inggris yang ditolak ayahnya karena kasus pembatalan perkawinan antara ayahnya, Henry VIII dengan ibunya Catherine Aragon. Ia juga difitnah telah melakukan pembakaran massal kaum Protestan. Gara-gara peristiwa itu, ia dikenal dengan nama “Bloody Mary”.
5. Cixi
Selir kelas tiga yang naik pangkat menjadi istri raja karena kecerdasannya. Demi ambisinya untuk naik tahta, ia mencuri hati ibu suri, juga menjalin hubungan baik dengan kasim kerajaan dan pemegang kekuasaan politik. Ia melahirkan seorang putra yang kelak menjadi kaisar, namun anaknya mengangkat musuh Cixi menjadi menteri. Peristiwa berdarah tak terelakkan. Cixi memimpin tahun-tahun terakhir runtuhnya dinasti Manchu.
Yang saya sukai dari buku ini selain ukurannya yang besar (coffee table), juga ilustrasi dan halaman full color. Biografi tiap tokoh ringkas dan padat, dilengkapi inset kejadian penting dan kronologis dari awal mula berkuasa hingga tokoh tersebut tutup usia.
Sayangnya, terjemahannya masih terasa kaku di beberapa bagian.
Tapi secara keseluruhan saya suka buku ini. Gara-gara membaca buku ini saya jadi tertarik untuk mencari buku biografi beberapa tokohnya.
Until next time
[Book Review] For One More Day by Mitch Albom
Judul: For One More Day (Satu Hari Bersamamu)
Penulis: Mitch Albom
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Desember 2007
Tebal: 248 halaman
ISBN: 978-979-22-3433-6
Kategori: Novel Fiksi
Genre: Family, Death, Sports
Beli di: Lotte Mart Bintaro
Harga: Rp. 15,000
Kalimat Pembuka:
“Biar kutebak. Kau ingin tahu kenapa aku mencoba bunuh diri.”
For One More Day adalah kisah tentang seorang ibu dan anak laki-lakinya, kasih sayang abadi seorang ibu, dan pertanyaan berikut ini: Apa yang akan kaulakukan seandainya kau diberi satu hari lagi bersama orang yang kausayangi, yang telah tiada? Ketika masih kecil, Charley Benetto diminta untuk memilih oleh ayahnya, hendak menjadi “anak mama atau anak papa, tapi tidak bisa dua-duanya.” Maka dia memilih ayahnya, memujanya—namun sang ayah pergi begitu saja ketika Charley menjelang remaja. Dan Charley dibesarkan oleh ibunya, seorang diri, meski sering kali dia merasa malu akan keadaan ibunya serta merindukan keluarga yang utuh. Bertahun-tahun kemudian, ketika hidupnya hancur oleh minuman keras dan penyesalan, Charley berniat bunuh diri. Tapi gagal. Dia justru dibawa kembali ke rumahnya yang lama dan menemukan hal yang mengejutkan. Ibunya—yang meninggal delapan tahun silam masih tinggal di sana, dan menyambut kepulangannya seolah tak pernah terjadi apa-apa.
For One More Day adalah buku ketiga karya Mitch Albom yang saya baca, dan buku fiksi pertama karya beliau yang saya baca. Beruntung saya berhasil menemukan buku ini di boks obralan Gramedia Lotte Mart, Bintaro. Ternyata, buku ini diobral karena penerbit merilis ulang dengan cover baru yang lebih cantik.
For One More Day bercerita tentang Chick Benetto yang menghabiskan satu hari bersama almarhum ibunya, Posey. Chick adalah mantan atlet bisbol pro yang pernah masuk World Series. Hidupnya hancur setelah ia cedera dan tidak bisa lagi bermain bisbol. Lalu, hubungannya dengan istrinya, Catherine, dan putrinya, Maria, juga tidak baik. Ia bahkan tidak diundang untuk menghadiri pernikahan Maria. Chick mencoba untuk mematikan rasa sakit dengan minum-minuman keras, dan ia bertekad untuk mengakhiri hidupnya karena ia sudah merasa tidak berguna lagi. Sebuah kecelakaan membuatnya kembali ke rumah masa kecilnya, dan ia menghabiskan satu hari bersama ibunya.
Setelah membaca tiga buku, saya berkesimpulan bahwa Mitch Albom suka mengangkat tema kematian dalam buku-bukunya. Mitch seolah ingin menekankan bahwa hidup sangat singkat, jadi jangan sia-siakan kesempatan untuk melakukan sesuatu sehingga jika orang tersebut/kita pergi meninggalkan dunia, tidak ada penyesalan yang tertinggal.
Sama seperti buku-buku terdahulunya, buku ini ditulis dengan apik dan membuat pembaca berkaca-kaca. Setelah melahap buku ini, saya jadi ingin memeluk orangtua saya dan mengucapkan terima kasih kepada mereka.
Bacaan yang recommended jika kamu ingin berderai-derai dan memboroskan tisu.
“Aku melakukan apa yang penting bagiku,” katanya. “Aku menjadi seorang ibu.” (hal. 165)
Percaya, kerja keras,cinta—kalau kau punya hal-hal ini, kau bisa melakukan apa pun. (hal. 202)
Need a second opinion?
Bacaan Bzee
Crazy in Books
Membaca Buku
Until next time ^^
[Book Review] Slammed by Colleen Hoover
Judul: Slammed (Cinta Terlarang)
Seri: Slammed #1
Penulis: Colleen Hoover
Penerjemah: Shandy Tan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: April 2013
Tebal: 336 halaman
ISBN: 978-979-22-9518-4
Kategori: Novel Fiksi
Genre: Young Adult, Romance, Teen, Family, Drama
Beli di: Mbak Maria
Harga: Rp. 44,000
Kalimat pembuka:
Aku dan Kel memuat dua kardus terakhir ke dalam truk U-Haul.
Layken harus kuat demi ibu dan adiknya. Kematian mendadak sang ayah, memaksa mereka untuk pindah ke kota lain. Bayangan harus menyesuaikan diri lagi dengan lingkungan baru sungguh menakutkan Layken. Namun semua berubah, begitu ia bertemu dengan Will Cooper, tetangga barunya.
Will memang menarik. Dengan ketampanan dan senyum memikat, pemuda itu menularkan kecintaannya pada slams––pertunjukan puisi. Perkenalan pertama menjadi serangkaian hubungan intens yang membuat mereka semakin dekat, hingga keduanya bertemu lagi di sekolah…
Sayangnya, hubungan mereka harus berakhir. Perasaan yang mulai tumbuh antara Will dan Layken harus dihentikan. Pertemuan rutin mereka di kelas tak membantu meniadakan perasaan itu. Dan puisi-puisi menjadi sarana untuk menyampaikan suara hati. Tentang sukacita, kecemasan, harapan, dan cinta terlarang mereka.
Sebelum Iif menentukan buku ini sebagai bacaan Reight bulan Desember, saya sudah punya buku ini dan lanjutannya, Point of Retreat. Saya tertarik membaca buku ini karena direkomendasikan oleh Mbak Maria dan ratingnya juga cukup tinggi di Goodreads.
Awalnya saya sempat tersendat-sendat membaca buku ini, entah kenapa. Belum terlihat hal yang menarik. Namun setelah 40 halaman rasanya lancar, malah jadi ketagihan.
Slammed bercerita tentang Layken (biasa dipanggil ‘Lake’) yang pindah dari Texas ke Michigan bersama ibunya, Julia, dan adik laki-lakinya yang berusia 9 tahun bernama Kel.
Belum sempat menurunkan barang, Kel sudah asyik bermain bersama anak laki-laki seusianya, Caulder, yang tinggal di seberang jalan. Kakak Caulder, Will, adalah pria yang menarik. Tidak perlu menunggu lama, Lake dan Will terlibat insta-love.
Kencan pertama mereka merupakan kejutan. Will membawa Lake ke sebuah kelab yang disulap menjadi arena pembacaan puisi, atau disebut slam. Tak disangka, Lake terkesima dan terhanyut dengan puisi yang dibacakan satu peserta.
Malam itu juga, Lake melihat satu sisi Will yang berbeda, yang tidak biasanya ia tampilkan. Keduanya bertambah dekat.
Ketika Lake masuk sekolah, suasana jadi berbeda. Ia berteman dengan gadis eksentrik bernama Eddie (nama yang dipilihnya sendiri). Lake mendapati Will sebagai guru bahasa Inggrisnya. Dunia seolah terbalik. Hubungan mereka harus dihentikan demi menyelamatkan karier Will yang ada sangkut pautnya dengan masa lalunya.
Sementara itu, Lake juga mencurigai ada sesuatu yang disembunyikan oleh ibunya. Sesuatu yang ketika ia ketahui membuat ia menjadi mirip dan lebih dekat dengan Will.
Points of Discussions:
1. First impression
Suka dengan covernya yang sederhana tapi mewakili judulnya. Tapi saya juga suka dengan versi bahasa Jerman ini:
2. How did you experience the book?
Agak tersendat-sendat di awal, belum tahu kemana arah ceritanya. Tapi setelah 40 halaman, lancar. CNPID (Could Not Put It Down).
3. Characters
Layken: Gadis Selatan yang agak blak-blakan. Tidak bisa menerima kenyataan bahwa Will adalah gurunya. Keras kepala, tapi sangat penyayang. Cinta berat dengan The Avett Brothers dan Johnny Depp.
Will: berjuang setengah mati untuk menjaga jarak dengan Lake demi menyelamatkan adiknya. Yatim piatu yang sesekali menengok kakek-neneknya. Sangat menyayangi Caulder. Menyukai puisi dan memilih untuk mencurahkan perasaannya lewat acara slam.
Eddie: gadis eksentrik yang berpindah-pindah dari satu shelter home ke shelter home lainnya. Kekasih Gavin. Periang, jago menyimpan rahasia, suka menulari energinya pada Lake. Sangat disayang oleh ayah angkatnya.
4. Plot
Plotnya mengingatkan saya dengan bagian dari serial Pretty Little Liars, terutama hubungan Lake-Will yang mengingatkan saya dengan hubungan Aria-Ezra. Lalu, sedikit latar belakang Eddie dan acara slam yang kebetulan ada di beberapa episode serial The Fosters yang sedang saya tonton. Menggunakan plot maju dengan menceritakan latar belakang lewat deskripsi dan dialog.
5. POV
Slammed diceritakan dari sudut pandang Layken, menggunakan POV orang pertama.
6. Main Idea/Theme
Sesuai dengan tagline-nya, yaitu cinta terlarang. Cerita di buku ini seputar kisah cinta Will dan Lake yang terlarang, karena mereka berstatus guru dan murid. Dibumbui dengan slam dan penyakit, serta drama keluarga.
7. Quotes
Keterbatasan itu ada untuk dilampaui. (hal. 253)
Satu-satunya kesamaan di antara kami semua adalah satu hal yang tidak terhindarkan. Yaitu, kami semua pada akhirnya akan mati. (hal. 251)
8. Ending
Ending-nya mengharu-biru. Sangat puas.
9. Questions
Tidak ada
10. Benefits
Kematian adalah hal mutlak, bagian dari garis hidup manusia. Seharusnya, tiap orang harus siap untuk menghadapinya, baik itu kematian orang terdekat atau kematian diri sendiri. Saya mendapat pandangan tentang cara penerimaan melalui buku ini.
11. Lain-lain
Ada sedikit keganjilan dari buku ini, cuma sedikit aja sih. Beberapa dialog memang panjang, tapi itu masih saya maklumi. Nah, ada satu yang menurut saya agak aneh, seperti ini:
“Kupandangi lekat-lekat bola itu di tanganku, menyusurkan jariku di sekeliling kulit yang membalutnya, menyentuh huruf-huruf merek bola kaki yang tercetak di bagian sampingnya. Bola berbentuk bulat itu bahkan beratnya tidak sampai setengah kilo. Aku lebih memilih bola kulit konyol di tanganku ketimbang darah dagingku sendiri.” (hal. 240)
Adegan tersebut sewaktu Will sedang bicara dengan Eddie dan Lake di kelas. Menurut saya kok seperti berpuisi ya? Padahal konteksnya sedang menceritakan kejadian masa lalu. Hanya detailnya seperti narasi.
Yang lainnya, ada dua adegan yang membuat saya terharu. Pertama, ketika Julia berbicara dari hati ke hati dengan Lake tentang kondisinya. Yang satunya, saat perayaan ulang tahun Eddie, ketika ayah angkatnya meminta Gavin membacakan puisi untuk Eddie, lalu melepas balon-balon. Manis dan mengharukan, sampai menitikkan air mata saat membaca adegan itu. Juga surat terakhir dari Julia untuk Lake.
Saya merekomendasikan Slammed untuk yang suka genre drama dan ingin bacaan yang mengharu-biru.
Nggak sabar untuk membaca Point of Retreat
Happy Weekend^^
[Book Review] Simple Thinking About Blood Type by Park Dong Sun @penerbitharu
Judul: Simple Thinking About Blood Type
Penulis: Park Dong Sun
Penerjemah: Achie Linda
Penerbit: Haru
Terbit: Desember 2013
Tebal: 263 halaman
ISBN: 978-602-77-4225-3
Kategori: Komik
Genre: Humor
Bisa dibeli di: Bukabuku
Harga: IDR 46,400
Tahu nggak sih kalau orang bergolongan darah A itu orang-orang yang halus, tapi kaku dan taat pada peraturan? Atau tahukah kamu kalau golongan darah B itu orang-orang yang kreatif dan bebas?
Apa jadinya kalau mereka disatukan? Jangan-jangan, bisa terjadi pertengkaran!
Ternyata, selain perbedaan jenis kelamin, tempat tinggal, agama, dan kondisi ekonomi, golongan darah juga bisa menentukan perbedaan sifat kita, lho.
Meski sifat seseorang tidak bisa hanya dilihat dari golongan darahnya, semoga komik Simple Thinking about Bloodtype ini bisa menghibur, sekaligus sedikit membantu kamu untuk memahami orang lain, ya!
Senang banget saya bisa membaca buku yang di-proofread oleh rekan sesama blogger member BBI, Minjul. Dan benar-benar teliti deh Minjul ini. No typo, rapi jali.
Buku ini full color dengan illustrasi yang menarik. Kartunnya juga lucu banget, gemes lihatnya, hahaha.
Dan orang Korea sepertinya memang lebih suka membaca sifat seseorang berdasarkan golongan darahnya, nggak terlalu terpatok dengan zodiak atau shio.
Misalnya seperti K-movie lawas yang ini:
Film berjudul My Boyfriend is Type B menceritakan tentang Young-Bin, seorang cowok dengan golongan darah B yang memiliki sifat cuek, arogan, playboy, dan serampangan. Ia nggak sengaja bertemu dengan cewek golongan darah A, Han-mi, yang sensitif dan naif. Ok, saya nggak akan terlalu banyak membahas filmnya, hanya kebetulan saya ingat film ini ketika membaca komik Simple Thinking about Blood Type. Tapi, barangkali penasaran dengan filmnya, klik ini aja.
Balik lagi ke komik, saya cukup terhibur dengan deskripsi detail tiap tipe golongan darah.
Misalnya:
Atau posisi tiap golongan darah jika berada dalam satu ruangan:
Sifat umum berdasarkan golongan darah:
A: hidup teratur dan taat peraturan. Dia peduli dan perhatian kepada orang lain. Namun, golongan A agak sulit beradaptasi jika berada dalam lingkungan baru. Sangat berhati-hati dan bersikap di lingkungan baru. Ia memandang masa depan dengan pesimis, untuk itu ia melakukan persiapan yang matang.
B: Tidak suka ikut campur dalam urusan orang lain, juga hidup teratur. Jika ia menyukai sesuatu, ia akan melakukannya terus menerus tanpa mempedulikan orang lain. Ia juga kaku, pendiam, dan apatis terhadap lingkungan.
O: Semangat hidupnya sangat tinggi. Ia juga idealis dan realistis, dan suka mengatur orang lain.
AB: Golongan ini memiliki campuran sifat A yang stabil dan B yang labil (nah lho). Ia dingin, realistis dan memiliki kemampuan negosiasi yang baik. Selain itu, AB juga kritikus yang handal, walau tidak semua orang suka mendengarnya. AB juga memiliki sifat aneh da sentimental.
Itu hanya sebagian saja dari penjelasan mengenai masing-masing golongan darah.
Golongan darah saya A namun saya cenderung memiliki sifat B. Yang kocak, suami sayaA banget dan ada adegan di dalam komik yang miriiiip banget sama dia, waktu mengomeli istrinya XD
Komik ini juga bisa dibaca dalam satu kali duduk. Tidak membuat kening berkerut, malah membuat saya terbahak.
Terima kasih, Haru, sudah mengirim buku ini.
Until next time ^^
[Book Review] A Virgin River Novel by Robyn Carr
Judul: A Virgin River Christmas
Penulis: Robyn Carr
Penerjemah: Nicodemus Wuri K.
Penerbit: Violet Books – Kompas Gramedia Group
Terbit: 2011
Tebal: 400 halaman
ISBN: 9789790816572
Kategori: Novel Fiksi
Genre: Contemporary, Romance
Beli di: Gramedia Plasa Semanggi, Harga: IDR 20,000
Kalimat pertama:
Marcie berdiri di samping Volkswagen hijau-limau miliknya, menggigil di tengah dinginnya udara November, mentari pagi hampir nyaris belum muncul di ufuk timur.
PADA NATAL TERAKHIR, MARCIE SULLIVAN MENGUCAPKAN SALAM TERAKHIR KEPADA SUAMINYA, BOBBY. NATAL TAHUN INI, IA DATANG KE VIRGIN RIVER UNTUK MENEMUI PRIA YANG TELAH MENYELAMATKAN SUAMINYA DAN YANG MEMBERINYA WAKTU TIGA TAHUN UNTUK MENCINTAI SUAMINYA.
Marinir Ian Buchanan membawa tubuh Bobby yang terluka ke ambulans di Fallujah empat tahun yang lalu, kemudian menghilang sesaat sebelum bantuan datang. Sejak saat itu, surat-surat yang Marcie kirimkan padanya tak pernah terbalas.
Marcie melacak keberadaan Ian di sebuah kota pegunungan kecil di Virgin River dan menemukan seorang pria yang terluka secara emosional, sama seperti Bobby yang terluka secara fisik. Tapi itu tak membuatnya lari dari tujuannya. Sejak Marcie memaksa masuk ke dalam kehidupan keras dan penyendiri pria ini, ia menemukan jiwa yang manis namun terluka dibalik sikap kasarnya.
Ian tak tahu apa yang membuat seorang janda muda itu begitu bersikeras memaksanya untuk menengok kembali masa lalunya dan, yang lebih buruk lagi, masa depannya yang tak pasti. Tapi inilah, setelah semuanya, masa-masa keajaiban dan mungkin, hanya sebuah kemungkinan, waktu untuk mengusir hantu masa lalu dan membuka hatinya.
Saya biasanya menghindari buku-buku Harlequin dan novel yang unsur romance-nya kental. Namun, sepertinya saya harus mencoba membaca buku-buku not my cup of tea, apalagi novel tema Natal memang dikuasai oleh genre romance, jadi saya pikir ini saat yang tepat untuk membaca genre ini.
Novel A Virgin River Christmas saya temukan secara tidak sengaja di antara tumpukan buku obralan di Gramedia Plasa Semanggi. Setelah browsing, ternyata Virgin River itu serial namun bisa dibaca secara acak. Karena saya terlanjur membaca A Virgin River Christmas duluan, saya terpaksa menyelesaikannya sebelum membaca buku pertamanya terlebih dahulu.
Ceritanya tentang Marcie, janda muda mendiang Bobby yang meninggal setelah mengalami luka dan cacat karena perang Irak. Marcie ingin berterima kasih kepada Ian Buchanan yang telah menyelamatkan Bobby.
Erin dan Drew, saudara Marcie, melarang Marcie bepergian untuk mencari Ian karena cuaca musim dingin mulai memburuk. Namun Marcie yang keras kepala tidak bisa dilarang. Ia pergi ke arah pegunungan untuk mencari Ian.
Dalam perjalanannya, Marcie bertemu dengan Doc dan Mel, dokter dan perawat yang memiliki bar. Marcie yang mulai kehabisan uang dijamu dengan baik dan hangat oleh Doc. Bahkan Preacher, si koki, memberi Marcie bekal untuk dibawa dalam perjalanan.
Berkat bantuan seseorang, Marcie berhasil menemukan Ian yang penampilan dan perangainya berubah. Ian mengusir Marcie, namun Marcie berkeras. Ia tinggal di mobil Volkswagennya. Ian menemukan Marcie pingsan dan membopongnya ke dalam rumahnya. Setelah siuman, Marcie diminta istirahat dan dirawat dengan baik oleh Ian. Setelah ini bisa ketebak kemana arah cerita ini.
Saya nggak menyangka bakalan menyukai buku ini. Natal selalu membawa kehangatan dalam keluarga, itu yang saya rasakan. Dan ternyata, banyak penulis yang merasakan hal yang sama.
Ada beberapa dialog yang saya rasa agak berlebihan, seperti
Oh, Ian, kau perhatian.
Tetapi demi Tuhan, nyanyianmu seperti nyanyian dewa.
Saya palingan cuma nyengir setiap kali menemukan dialog semacam ini. Namun secara keseluruhan, cerita tentang Marcie dan Ian ini menarik dan membuat saya nggak mau berhenti baca. Saya malah jadi nagih ingin membaca semua novel seri Virgin River ini.
Novel ini membawa nostalgia natal dan membuat saya kangen ingin natalan di gereja.
Sebenarnya, jika kau tak makan sebanyak itu, kau takkan merasa makan sebanyak itu. (hal. 60)
Setiap hari ia selalu bertanya kepada dirinya sendiri mengapa ia harus mendapatkan medali untuk tindakannya menyelamatkan pri untuk hidup dalam tubuh yang lumouh. (hal. 71)
Aku bukan jemaat gereja atau anggota persekutuan atau apa pun namanya. Itu saja. Aku pergi ke gereja hanya untuk mendengar musiknya. (hal. 186)
Bintang itu adalah iman. Sebuah keyakinan bahwa ada suatu kuasa yang lebih besar daripada kita yang, jika diberi kesempatan, akan menuntun kita mencapai tujuan kita. Bintang itu adalah makna, tujuan, janji bahwa kita akan dikaruniai pencerahan kudus. (hal. 190)
Need a second opinion?
Resensi Harlequin here
All About Romance here
Natuschan here
Until next time