Blog Archives
[Book Review] The Moon Opera by Bi Feiyu @Elexmedia
Judul: The Moon Opera
Penulis: Bi Feiyu
Penerjemah: Indrayati Soebakdi J.A.
Penerbit: Elex Media Komputindo
Web Penerbit: klik
Goodreads: klik
Terbit: 30 Oktober 2013
Tebal: 144 halaman
ISBN: 9786020224084
Kategori: Fiksi
Genre: Budaya, Chinese Literature
Beli di: Mbak Maria
Harga: Rp. 15,000 (Clearance Sale)
Kalimat pembuka:
Bagi Qiao Bingzhang acara makan malam itu seperti kencan buta, dan dia baru menyadari setelah separuh acara berlangsung, bahwa lelaki yang duduk di seberangnya adalah seorang pengusaha pabrik rokok.
Bi Feiyu—seorang pujangga muda dari Cina yang berbakat—mengangkat kehidupan opera Cina dan bintangnya, menciptakan kembali segala godaan dan kesuksesan yang dihasilkan dari pementasan itu.
Seorang diva yang iri hati, Xiao Yanqiu, bintang dari Opera Rembulan—sebuah opera Cina yang sukses di zamannya—mencelakai pemeran penggantinya dengan air mendidih hingga cacat wajah seumur hidup. Dengan alasan itulah dia dikucilkan oleh anggota rombongan sandiwaranya, dan beralih menjadi seorang pengajar di sebuah akademi drama.
Dua puluh tahun kemudian, seorang bos pabrik rokok menawarkan diri untuk menanggung semua biaya pementasan ulang opera terkutuk itu, namun hanya jika Xiao Yanqiu yang memerankan peran Chang’e. Maka dia pun melakukannya, dan percaya bahwa dia adalah seorang dewi bulan yang hidup dalam keabadian.
Kisah yang dipenuhi dengan intrik, drama, dan kecemburuan di belakang panggung sebuah opera Peking, The Moon Opera menyajikan gambaran mengagumkan tentang seorang wanita dengan dunia yang secara tidak sadar telah menjunjung sekaligus membatasinya.
Editor’s Note
Kisah ini dituliskan dengan singkat namun dramatis oleh sang penulis. Sang penulis menampilkan emosi yang mengena dalam tulisannya. Membawa kita masuk ke dalamnya sehingga kita dapat mengikuti aliran emosi yang dibawa sang penulis ke dalam kisah itu. Dinominasikan dalam Independent Foreign Fiction Prize tahun 2008.
(Chinese Proverb)
Di mana wanita berkumpul, di situ ada iri hati. Mungkin perempuan memiliki kadar iri dan cemburu yang lebih besar daripada pria. Entahlah. Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemui kasus pencemaran nama baik hingga kriminal yang pelakunya wanita atas dasar iri hati atau cemburu.
Xiao Yanqiu, tokoh sentral dalam The Moon Opera, dikisahkan berparas cantik, memiliki tubuh indah dan lentur, serta suara merdu yang mampu memukau penonton opera. Di usia sembilan belas, Yanqiu tampil sebagai Chang’e (pemeran utama wanita dalam pertunjukan opera Cina). Dalam setiap pertunjukan opera, selalu ada pemeran pengganti untuk mendukung pemeran utama. Li Xuefen, aktris tersohor pada zamannya, bertugas sebagai pemeran pengganti dalam Opera Rembulan. Yanqiu yang tidak mau berbagi dengan Xuefen, memonopoli peran dalam panggung dan tidak memberi kesempatan pada Xuefen untuk unjuk kebolehan di depan penonton.
Konflik tak terelakkan. Yanqiu menyiram wajah Xuefen dengan air panas. Opera Rembulan tidak jadi dipentaskan.
Waktu berlalu dan Yanqiu bertambah usia. Pemilik pabrik rokok ingin agar Opera Rembulan kembali dipentaskan. Yanqiu bersemangat ingin kembali naik pentas, tapi kemampuan yang dulu ia miliki telah hilang. Chunlai, Chang’e baru yang masih muda didapuk untuk menggantikan Yanqiu. Sadar akan kemampuannya, Yanqiu melatih Chunlai agar penampilannya sempurna. Namun dalam hati, Yanqiu masih belum rela untuk mundur sebagai pemeran pengganti.
Selain konflik dalam grup opera, rumah tangga Yanqiu dengan suaminya, Miangua, juga mengalami turbulensi. Pada akhirnya, saya sebagai pembaca merasa kasihan pada Yanqiu.
Novel ini pendek dan sebenarnya bisa dibaca dalam sekali duduk. Namun saya tidak menemukan greget seperti saat membaca Farewell, My Concubine yang juga berkisah tentang pemain opera Cina dan rasa cemburu yang memicu konflik. Beberapa bagian The Moon Opera membuat saya bosan, terutama bagian Yanqiu dan Miangua. Novel ini singkat tapi kurang padat. Tokoh Yanqiu juga sangat menyebalkan. Airmata penyesalan seolah palsu dan tetap tidak menimbulkan rasa simpati.
Mungkin jika membaca bahasa aslinya, buku ini akan lebih enak dibaca. Sayang saya tidak bisa bahasa Mandarin.
Yang saya sukai dari buku ini adalah kutipannya. I’m a sucker for beautiful quotes. Gara-gara membaca buku ini, saya jadi kepikiran ingin punya 1 notebook khusus berisi kutipan.
Saya masih punya 1 buku karya Bi Feiyu lagi yang mengantri di timbunan. Semoga lebih seru dari The Moon Opera.
Ada saat ketika seorang wanita seakan memang terlahir untuk menjadi milik pria yang ditangisinya. (hal. 37)
Lelaki berkelahi dengan lelaki lain, tetapi perempuan menghabiskan seluruh hidup mereka untuk memerangi diri sendiri. (hal. 46)
Need a second opinion?
Juushika
[Book Review] Arranged Marriage by Chitra Banerjee Divakaruni
Judul: Arranged Marriage (Perjodohan)
Seri: Brotherhood of The Conch #3
Penulis: Chitra Banerjee Divakaruni
Penerjemah: Gita Yuliani K.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Januari 2014
Tebal: 376 halaman
ISBN: 978-602-03-0135-8
Kategori: Novel Fiksi
Genre: Sastra India, Sosial Budaya, Kumpulan Cerita
Beli di: Mbak Maria
Harga: Rp. 51,000 (Pre-order)
Kalimat pembuka:
Tahun itu Ibu sering menangis, di malam hari.
Koleksi cerita pendek Chitra Banerjee Divakaruni kali ini merekam jejak perjalanan para gadis dan perempuan India di Amerika. Perubahan suasana, memulai dari awal, terasa menakutkan sekaligus menjanjikan, ibarat samudra yang memisahkan mereka dari tanah kelahiran. Mulai dari cerita tentang pengantin baru yang mimpinya kandas di California, hingga ke janda paruh baya yang bertekad untuk sukses di San Francisco, untaian kalimat-kalimat indah Divakaruni menciptakan potret sebelas perempuan yang akan mengalami transformasi tak terlupakan.
Selama ini saya mengoleksi buku-buku karya Chitra Banerjee Divakaruni, tapi saya baru membaca buku terbitan GPU paling baru ini.
Arranged Marriage berisi 11 cerita pendek tentang perempuan India beserta kedukaannya.
1. Kelelawar
Aku adalah gadis kecil yang sering mendapati ibunya menangis di malam hari. Pagi harinya, luka lebam menghiasi wajah ibunya. Ayah Aku adalah pria besar dan kasar. Selalu ada barang terjatuh jika ia berada di rumah.
Suatu pagi, Aku diajak ibunya untuk bergegas meninggalkan rumah sempit mereka di pinggiran kota menuju Gopalpur, sebuah desa tempat kakek-paman Aku tinggal. Di sana, Aku diajak memancing di danau, juga bermain bersama anak ayam, hal yang jarang ia lakukan di kota. Ketika panen tiba, kakek-paman menghalau kelelawar yang menyerang kebun. Aku dan kakek-paman memasukkan bangkai kelelawar ke dalam karung. Saya menyimpulkannya sebagai simbol untuk memungut duka dan kesedihan.
Kebahagiaan Aku tak berlangsung lama. Sepucuk surat membuat ibunya menangis dan mengharuskannya kembali ke kota.
Ketulusan kakek-paman membuat saya trenyuh. Walau ia menderita sakit, ia tetap tersenyum dan tulus menyayangi Aku dan ibunya. Cerita ini merupakan salah satu potret kehidupan keluarga miskin India yang diwarnai kekerasan domestik.
2. Pakaian
Sumita, seperti gadis India pada umumnya, menunggu pinangan dari laki-laki yang datang untuk memilih calon pengantin. Adegan dibuka ketika Sumita sedang mandi di danau bersama dua sahabatnya, Deepali dan Radha. Namun, malang nasib Radha, tiga laki-laki yang datang untuk mencari istri menolaknya karena kulit Radha dianggap terlalu gelap. Sama seperti di Indonesia, stereotip gadis cantik India adalah yang memiliki rambut panjang hitam mengilap dan kulit halus dan berwarna terang.
Somesh Sen, pria keturunan India yang lama tinggal di California, mencari calon istri ke tempat Sumita. Demi calon pengantinnya (berharap agar dipilih), Sumita mengenakan sari pemberian ayahnya. Sari itu berwarna dasar merah muda, sulamannya berupa bintang-bintang kecil yang bertaburan di atasnya, dan benangnya terbuat dari emas zari asli. Sari paling mewah yang pernah Sumita lihat. Seperti dugaannya, Somesh terpikat dan meminang Sumita. Satu minggu kemudian, Sumita diboyong ke California untuk tinggal bersama Somesh dan kedua orangtuanya.
Somesh adalah pria baik-baik berasal dari keluarga baik-baik. Ia memiliki sebuah toko 24 jam bernama 7-Eleven. Karena ia bermitra dengan orang lain, maka ia tak bisa meninggalkan toko itu terlalu lama.
Suatu kejadiaan naas menimpa pasangan pengantin baru tersebut. Di hari naas tersebut, Sumita harus mengenakan sari berwarna putih dan memendam cita-cita yang belum sempat tercapai.
Kisah ini begitu tragis. Bagi kebanyakan keluarga India, Sumita bisa dianggap sebagai pembawa sial. Namun, mertuanya begitu penuh kasih sehingga membiarkannya tinggal bersama mereka.
3. Jalan Perak, Atap Emas
Jayanti, gadis asal Calcutta, memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke Chicago, sebuah kota di belahan dunia yang belum pernah dijamahnya. Sebelumnya, ia menulis surat pada bibinya, Pramita, yang setelah menikah tinggal di Amerika bersama suaminya, paman Bikram.
Ketika memasuki apartemen bibinya, Jayanti terperangah mendapati tempat itu tidak sesuai dengan harapannya. Alih-alih mendapati apartemen mewah dan terawat, Jayanti harus menetap di kompek apartemen suram berbau kari basi. Harapan Jayanti akan kehidupan baru yang layak juga hancur ketika pamannya dengan ketus berkata bahwa semua impian orang India di Amerika akan sirna ketika mereka berhadapan dengan kenyataan yang keras. Jayanti juga terkejut mendapati paman Bikram memegang sekaleng bir, kebiasaan yang dianggap menjijikkan di kampung halamannya.
Dan perkataan paman Bikram benar adanya. Orang kaukasia tidak menyukai (bahkan membenci) orang dengan kulit berwarna. Negara kapitalis begitu kejam, terutama terhadap pendatang.
Saya merasa cerita ini begitu suram, sehingga membuat saya sesak saat membacanya. Entah hanya di buku fiksi saja, atau pria India memang gemar bermain tangan pada istrinya.
4. Kata Cinta
Kisah ini diceritakan dari sudut pandang orang kedua. Adalah seorang perempuan India yang tinggal bersama Rex, pria asing yang baru dikenalnya selama tiga bulan. Si perempuan adalah mahasiswa Berkeley yang hampir mendapat gelar Ph.D Ibunya yang tinggal di Calcutta adalah wanita yang kaku dan memegang teguh adat Hindu. Si perempuan pernah hampir diusir ketika kecil, saat ia nekat menonton film Hindi di bioskop. Ibunya berkata bahwa film seperti itu memerosotkan moral. Ketika ia sampai di rumah, ibunya sudah menyiapkan koper berisi pakaian si perempuan. Tetapi, mereka kembali berpelukan, mencoba melupakan perisiwa tersebut.
Kejadian itu terulang ketika ibu si perempuan meneleponnya di luar jadwal. Ketika itu, Rex yang menerimanya. Si perempuan hendak dijodohkan dengan pria India kasta Brahmin, seorang eksekutif terpandang. Si perempuan menolaknya dengan alasan ia mencintai pria pilihannya. Si ibu tidak mau mengakuinya sebagai anaknya, dan memutuskan hubungan.
Depresi, si perempuan tidak bisa berkonsentrasi dalam perkuliahan. Ia juga seperti tidak pernah mendengar perkataan Rex. Cinta, kata yang maknanya masih ia cari.
Kisah ini merupakan salah satu kisah favorit saya, tentang betapa seorang anak Asia sangat begantung dan kuat hubungannya dengan orangtuanya (terutama ibu). Berbeda dengan orang barat yang selepas usia 18 bisa menentukan jalan hidupnya sendiri, anak Asia yang terikat oleh adat dan agama tidak bisa seenaknya menjalankan kehidupannya.
5. Hidup Yang Sempurna
Salah satu cerita paling memikat dari buku ini. Meera, seorang wanita modern asal Calcutta yang kuliah dan bekerja di sebuah bank ternama di San Francisco, menolak konsep pernikahan, apalagi memiliki anak. Ia menganggap pernikahan bukanlah suatu keharusan, dan anak kecil itu merepotkan. Ia berhubungan dengan pria Amerika bernama Richard yang memiliki pandangan serupa.
Suatu hari, seorang anak kecil kurus berusia tujuh tahun nyasar ke apartemennya. Tak tega, Meera mengajaknya masuk, memberinya makan, mengajarinya banyak hal, hingga rasa sayang tumbuh di hatinya. Tapi, kebahagiaan itu harus berakhir karena perbuatan Meera dianggap ilegal. Menyimpan anak yang tidak jelas identitasnya menyalahi hukum di sana. Anak kecil yang diberi nama Krishna itu harus tinggal bersama ibu asuh lain selama proses adopsi selesai.
Mungkin ini salah satu kisah yang tidak berbau kultural namun tetap memikat dan meninggalkan kesan mendalam. Penulis seolah ingin menyampaikan bahwa setiap wanita memiliki naluri keibuan.
6. Kisah Si Pembantu
Cerita ini merupakan salah satu cerita terpanjang di buku ini, memakan 69 halaman. Salah satu cerita yang paling saya suka juga. Berkisah tentang sari kuning kunyit yang membawa kesedihan. Manisha, gadis yang mendambakan dekapan hangat dari ibunya, tumbuh dewasa. Ia memiliki kekasih, Bijoy, seorang profesor Psikologi di universitas di California.
Manisha sangat dekat dengan bibinya, Deepa Mashi, yang tidak memiliki anak. Suatu obrolan ringan tentang pernikahan menggiring pada topik sari pernikahan. Manisha berkata, ia akan mengenakan sari warna kuning kunyit. Deepa Mashi lalu bercerita tentang kisah sedih dibalik sari kuning kunyit tersebut.
Banyak muatan dalam cerita pendek ini: ketulusan, kepercayaan, pelecehan seksual, dan pilihan.
7. Kehilangan
Seorang suami kehilangan istrinya begitu saja, tanpa jejak. Setiap sore, si istri suka berjalan-jalan sendirian sekembalinya suami bekerja. Dan sore itu adalah sore yang naas. Si istri tidak kembali. Pasangan suami istri itu jarang cekcok. Mereka dikaruniai seorang putra. Si suami berpikir keras mencari alasan perginya si istri, tapi ia tidak menemukan apa-apa.
Cerita paling pendek di buku ini dan yang paling membosankan, tidak meninggalkan kesan apa-apa.
8. Pintu
Preeti yang sudah lama tinggal di Amerika hendak menikah dengan Deepak yang baru saja datang ke Amerika untuk studi. Hubungan keduanya mendapat tentangan dari dua belah pihak, karena masalah budaya yang berbenturan. Namun, Preeti bersikukuh ingin menikah dengan Deepak. Mereka hidup rukun bahagia, hingga dijuluki sebagai pasangan serasi.
Ada perbedaan di antara keduanya: Preeti suka mengunci pintu, sedangkan Deepak lebih suka membiarkannya terbuka.
Masalah muncul ketika sahabat Deepak datang dari India. Namanya Raj. Kehadirannya mengusik kedamaian di rumah pasangan tersebut. Raj yang berisik dan ceria, tingkahnya sangat annoying bagi Preeti. Lebih buruk lagi, Raj akan tinggal bersama mereka selama masa studinya.
Hal yang bisa saya petik dari cerita ini adalah dengarkanlah firasat orangtua dan para sahabat, apalagi dalam hal pernikahan.
9. Pemeriksaan Ultrasonografi
Anjali dan Arundhati adalah sepupu yang hamil pada saat bersamaan. Mereka saling mengabari keadaan masing-masing. Anjali tinggal di Amerika, sedangkan Runu (demikian Arundhati dipanggil) ada di India.
Mulanya komunikasi mereka lancar, hingga Anjali mendapati hal ganjil ketika ia menelepon sepupunya tersebut. Akhirnya, Runu menelepon Anjali diam-diam, mengatakan bahwa ia ketakutan karena mertua dan suaminya ingin ia mengaborsi janin yang dikandungnya karena diduga berjenis kelamin perempuan.
Di India, bagi kasta tertentu, mereka menginginkan anak pertama adalah laki-laki, sebagai simbol harkat dan martabat marga. Saya pernah menonton acara yang dipandu oleh Aamir Khan tentang realitas kehidupan di India, dan hal ini pernah menjadi topik dalam acara tersebut. Miris rasanya, ada keluarga yang rela membunuh darah daging sendiri gara-gara jenis kelamin. Di bab ini, ada satu kalimat yang sangat menohok, “di India, dunia dikuasai oleh laki-laki.”
10. Perselingkuhan
Abha dan Meena adalah sahabat karib. Suami Abha, Ashok, juga cukup akrab dengan Meena. Suatu sore biasa, Ashok tiba-tiba memberi kabar pada Abha bahwa Meena berselingkuh. Biasanya Meena mengatakan apa saja pada Abha, tapi tidak tentang hal itu.
Di pesta ulang tahun perkawinan kerabat mereka, Meena datang memakai choli minim dan berdansa dengan Ashok, membuat Abha curiga bahwa ada sesuatu dengan keduanya.
Ditambah dengan kunjungan tak terduga dari suami Meena ke rumah Abha. Srikant dengan canggung mengatakan bahwa ia akan bercerai dengan Meena. Timbul iba dan simpati pada Srikant, dan ada getaran lain yang dirasakan oleh Abha, sesuatu yang tidak ia rasakan ketika bersama Ashok.
Kisah ini mengambil tema pasaran sebetulnya. Namun Divakaruni mampu mengemasnya dengan menarik. Saya menyukai deskripsinya, penggambaran Abha yang rapuh dan Meena yang dinamis.
11. Bertemu Mrinal
Asha bercerai dari suaminya Mahesh. Mereka memiliki anak laki-laki usia remaja bernama Dinesh yang gandrung akan musik metal.
Suatu hari, Asha mendapat kejutan. Sahabat sekaligus rival masa remajanya, Mrinal, meneleponnya dan mengatakan ingin bertemu.
Mrinal yang lebih cantik, cerdas, sukses dalam karir, tapi belum juga menikah. Ia berkata ia puas dengan yang dimilikinya, puas dengan pandangan kagum laki-laki yang dijumpainya, dan ia tak mau merosot menjadi seorang ibu rumah tangga. Asha tersentak mendengar perkataan Mrinal. Ia bercerita tentang betapa Mahesh mencintainya, dan keluarganya yang harmonis. Mrinal iri dengan apa yang dimiliki Asha, demikian juga sebaliknya.
Manusia memang tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya, dan pepatah rumput tetangga terlihat lebih hijau juga benar adanya, terutama dalam kisah ini.
Benang merah dari seluruh kisah ini adalah perkawinan yang diatur. Hingga saat ini, praktek perjodohan masih berlaku di kalangan orang India, bahkan keturunan India yang tinggal di Indonesia (soalnya kerabat saya pernah curhat tentang hal ini). Kedengaran kuno, tapi di zaman modern di mana orang-orang sibuk dengan pekerjaannya, perjodohan menjadi salah satu solusi untuk mencari pasangan hidup.
Secara keseluruhan, saya menyukai buku ini yang kental dengan adat dan tradisi India. Mungkin para imigran bernasib lebih baik karena adat tidak terlalu ketat mengungkung. Untuk perempuan yang tinggal di India, sudah harga mati harus mengikuti adat dan keinginan keluarga. Apalagi perempuan yang sudah menikah, ia sudah dianggap menjadi milik suami dan mertuanya.
Beberapa perempuan dalam kisah ini mendambakan kebebasan dengan cara melarikan diri atau bercerai, yang merupakan aib bagi masyarakat India.
Saya juga belajar beberapa kosakata India (ada glossary di halaman belakang). So far, buku ini merupakan buku kumpulan cerita favorit saya.
Sudah menjadi takdir perempuan untuk meninggalkan apa yang sudah dikenalnya dan memasuki yang tidak dikenalnya. (hal. 29)
Negeri keparat ini, seperti dain, tukang sihir—pura-pura memberi, lalu merebut semuanya kembali. (hal. 73)
Perempuan bukan boneka atau budak. (hal. 226)
Dia akan menyadari bahwa hidup yang sempurna hanyalah ilusi. (hal. 359)
Happy Friday ^^
[Book Review] Pasung Jiwa by Okky Madasari
Judul: Pasung Jiwa
Penulis: Okky Madasari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Mei 2013
Tebal: 328 halaman
ISBN: 978-979-22-9669-3
Kategori: Novel Fiksi
Genre: Sastra Indonesia, Sosial Budaya
Beli di: Mbak Maria
Harga: Rp. 41,250
Kalimat pembuka:
Seluruh hidupku adalah perangkap.
Apakah kehendak bebas benar-benar ada?
Apakah manusia bebas benar-benar ada?Okky Madasari mengemukakan pertanyaan-pertanyaan besar dari manusia dan kemanusiaan dalam novel ini.
Melalui dua tokoh utama, Sasana dan Jaka Wani, dihadirkan pergulatan manusia dalam mencari kebebasan dan melepaskan diri dari segala kungkungan. Mulai dari kungkungan tubuh dan pikiran, kungkungan tradisi dan keluarga, kungkungan norma dan agama, hingga dominasi ekonomi dan belenggu kekuasaan.
Senang rasanya bisa selesai membaca novel yang menjadi salah satu finalis Khatulistiwa Literary Awards 2013. Novel ini juga diusulkan Indah link ada di sini
Terus terang saya agak kebingungan mau menulis apa, saking bagusnya buku ini. Banyak isu yang diangkat dalam Pasung Jiwa, diantaranya LGBT, hubungan anak dengan orangtua, bullying, perlakuan anggota militer zaman Orba, premanisme berkedok agama, juga persahabatan.
Sasana, anak dari ayah yang berprofesi sebagai pengacara, dan ibu yang bekerja sebagai dokter bedah, memiliki kehidupan yang membuat orang iri. Ia bersekolah di sekolah ternama, mendapat pendidikan non-formal di bidang musik (Sasana mahir bermain piano sejak usia dini), dan fasilitas mewah lainnya. Namun, semua itu tidak membuat hidupnya bahagia. Ia merasa terkurung dan kebebasannya terkubur.
Suatu hari, ia mendengar keramaian di dekat rumahnya. Rupanya ada pertunjukan dangdut yang ramai dikunjungi oleh orang kampung. Sasana terpana. Ia tersedot dalam ekstase musik dan goyang dangdut. Sejak saat itu, Sasana merasa dangdut adalah bagian dari kepribadiannya.
Ketika orangtua Sasana memergokinya sedang asyik berjoget dangdut di tengah penonton, ia disuruh pulang dan diinterogasi. Musik dangdut resmi di-banned di rumah itu. Sasana harus menahan diri untuk tunduk dengan peraturan orangtua dan belajar sebaik-baiknya agar menyenangkan ayah ibunya.
Hiburan Sasana adalah adiknya, Melati, yang cantik dan lucu. Diam-diam Sasana merasa iri dengan adiknya yang berpenampilan cantik dengan baju-baju berwarna-warni menarik.
Di sekolah barunya yang homogen, Sasana menjadi dipukuli oleh gank anak-anak pejabat. Ia dianiaya secara fisik dan dimintai uang sebagai biaya member gank. Ternyata, anak-anak kelas satu lainnya juga mendapat perlakuan serupa.
Ketika Sasana mendapat luka parah karena dikeroyok gank tersebut, ibunya murka dan meminta ayah Sasana untuk membawa kasus ini ke ranah hukum. Tak berdaya karena masalah kekuasaan, Sasana pindah ke sekolah heterogen di mana ia bisa bergaul dengan lebih aman dan nyaman.
Menginjak bangku kuliah, Sasana pindah ke Malang. Di sana ia tidak menyelesaikan pendidikannya. Ia memilih DO dan bergabung bersama Cak Jek, orang yang ia kenal di warung Cak Man, dan kemudian mereka membentuk duo dangdut dan ngamen ke mana-mana. Sasana memilih dipanggil Sasa karena ia mengubah penampilannya menjadi feminin. Ia juga bertemu dua anak kecil yang menjadi bagian dari grupnya.
Berbagai peristiwa terjadi membawa duka dan trauma. Untuk mencari arti kebebasan, Sasa dan Cak Jek harus menempuh perjalanan berliku dan menyakitkan.
Pasung Jiwa adalah novel pertama karya Okky Madasari yang saya baca dan saya langsung terpikat. Plotnya mengalir lancar, menggunakan POV pertama dari sudut pandang Sasana/Sasa dan Jaka Wani (Cak Jek). Tidak ada kata-kata indah dalam novel ini, tapi menohok dan membuat saya merenung tentang banyak hal, terutama kebebasan yang menjadi tema utama novel ini. Seperti kata pepatah, Freedom is an illusion, kebebasan sejati mungkin tidak akan pernah terjadi karena kita hidup di dunia ini, dalam tatanan sosial yang terbentuk dari berbagai peraturan, mulai dari aturan orangtua, agama, sekolah, juga pemerintah. Yang melanggar peraturan atau menolak untuk tunduk dianggap mengancam stabilitas tatanan tersebut, bahkan dianggap tidak waras.
Saya sempat menitikkan airmata di beberapa bagian, terutama waktu Sasana di-bully dan tidak mendapat keadilan, sewaktu ibunya memilih untuk tinggal bersamanya, juga sewaktu ia disiksa dan dilecehkan di markas koramil.
Tokoh Jaka Wani juga digambarkan sebagai provokator, ahli persuasi. Dari seorang pengamen, buruh pabrik, nelayan hingga ketua Laskar Malang, Jaka juga mencari arti hidupnya sendiri, merasa terpenjara karena keadaan.
Masih ditemukan beberapa typo, namun tidak mengurangi esensi cerita.
Pasung Jiwa mengambil setting waktu pra dan paska kejatuhan Suharto, menggambarkan kekuasaan militer dan pejabat yang berlaku sewenang-wenang.
Saya tak sabar ingin membaca karya Okky Madasari yang lain.
Reight Book Club General Discussions:
1. First impression
Cover Pasung Jiwa sangat mewakili temanya, yaitu kebebasan individu yang terkungkung.
2. How did you experience the book?
Tidak perlu waktu lama untuk menyelami karakternya. Saya langsung terhanyut di beberapa halaman pertama.
3. Characters
Sasana berubah menjadi Sasa dan Cak Jek juga mengubah namanya yang tadinya Jaka Wani menjadi Jaka Baru karena mereka bertumbuh.
4. Plot
Plotnya mengalir lancar dengan alur maju.
5. POV
Dari sudut pandang pertama, dinarasikan oleh Sasana/Sasa dan Jaka Wani.
6. Main Idea/Theme
Tentang kebebasan individu.
7. Quotes
Pagi adalah awal kehidupan. (hal. 103)
8. Ending
Cukup memuaskan untuk saya.
9. Questions
Stay tuned di blog ini besok ya, ada wawancara dengan penulisnya 🙂
10. Benefits
Pasung Jiwa membuat saya merenungkan banyak hal, tentang kebebasan individu yang sebenarnya juga penghakiman berdasarkan kebenaran kolektif.
Until next time ^^
[Book Review] Simple Lie by @NinaArdianti @Gagasmedia
a story about a girl who had a perfect life
Cantik, pintar, aktivis, popular, almost perfect di semua bidang, akademis maupun non-akademis. Digilai para cowok dan (diam-diam) dikagumi para cewek. Dan yang makin membuat dia dikagumi adalah karena sikapnya yang low profile, ramah ke semua orang, dan very down to earth.
a perfect mate
“Happy First Anniversary, Re…,” ujar Fedi pelan.
Rere terdiam sesaat. Speechless. Nggak bisa berkata apa-apa. Ia lalu menatap Fedi dengan mata yang berkaca-kaca. How can she forget this day? Fedi ingat. Bahkan melakukan ini semua untuk Rere.til another unperfect one came into her life
“Emang nggak bisa ganti ban sendiri ya?”
“Ya nggak bisa laaaah…. Gue cuma bisa makenya doang. Urusan bener-benerin mah payah, huehehe….”
“Girls….” Ilham menatap Rere dengan pandangan mencela yang menyebalkan, “Trus apa yang akan lo lakukan seandainya gue nggak muncul dan menyelamatkan lo seperti pangeran di dongeng-dongeng?”and changed her perfect life
“Gue nggak tau sampai kapan, Re,” jawabnya jujur.
“Tapi, kalau sampai titik di mana gue ngerasa bahwa batas waktu itu akan datang dan lo belum juga bisa memutuskan…”
Rere mengangkat wajahnya balas menatap Ilham yang sedang berbicara.
“… biar gue sendiri yang menentukan pilihan, Re….”then everything is not as it seems
a novel about love:
find a desired one… without any doubt.
Rere itu cantik, pintar, rada tomboy, easy going, menyenangkan. Itu kesan pertama gue saat membaca bab awal novel ini. Rere memiliki seorang pacar yang kuliah di Fakultas Ekonomi, namanya Fedi. Dulu, Fedi adalah senior Rere di SMA. Fedi itu ganteng, kalem, dan perhatian sama Rere. Fedi juga pacar yang romantis. Ditengah kantin tiba-tiba Fedi memberi Rere kado berwarna pink dan mengucapkan happy anniversary. Namun, kehadiran Ilham, si cowok rada tengil tipe bad boy dengan wajah yang nggak kalah tampan berhasil mencuri perhatian Rere.
Karena kesibukan Fedi sebagai PO Festival Jazz FE, ia agak menelantarkan Rere. Pada kesempatan itu, Ilham sering bertemu dengan Rere. Mudah ditebak, Rere-Ilham-Fedi terjebak dalam cinta segitiga Bermuda. Apalagi, ketika Rere sedang membutuhkan bantuan, bukan Fedi yang ada di sampingnya, melainkan si beautiful stranger Ilham.
Ide novel ini sederhana. Bahasanya juga meremaja dan gaul banget. Nina menggambarkan suasana kampus sedemikian rupa sampai gue jadi teringat akan masa-masa kuliah dulu di mana terselip kisah sang mantan, hehehe.
Gue setuju dengan Nina, bahwa takdir itu seperti spiderweb. Manusia terhubung dengan manusia lainnya, lalu saling terhubung membentuk jaring-jaring, lalu pertemuan bisa menarik garis nasib yang baru. Jika garis itu begitu kuat, kemungkinan takdir yang merekatkannya.
Beberapa dialog terkesan cheesy, ketika Rere dan Fedi janjian bertemu untuk pergi ke QB (I miss that place). Tapi gue maafkan karena pick up line anak muda tahun 2007 tentu beda dengan yang dipakai anak-anak sekarang.
Lalu, yang bikin gue mengernyitkan dahi adalah saat Rere bilang pada Fedi bahwa Saskia lebih cantik dari dirinya. Errr, what’s the point?
Terus, scene Angga yang mengantar Rere untuk menaruh buku kurang penting. Namun, bisa dibuat jadi lebih menarik kalau kekonyolan Angga digali (gue langsung teringat Raditya Dika. Seandainya novel ini difilmkan, dia cocok banget jadi Angga).
Kalau gue boleh jujur, I don’t like the cover. Please, Gagas, kalau mau rilis ulang novel ini, kasih cover yang keren ya. This one is unflattering.
Masih ditemukan beberapa typo, namun nggak mengurangi esensi cerita.
Simple Lie adalah pengalaman pertama gue membaca karya Nina. I was impressed. Gue pernah membaca novel dengan genre yang sama, sempat difilmkan dan heboh saat itu, but it was a major turn off for me. Gue jadi mau membaca novelnya Nina yang lain gara-gara Simple Lie ini. Cara bertutur Nina mengalir, cewek banget, dan crunchy kaya apple crisps. Dan selama membaca Simple Lie, gue tersenyum hampir tak berhenti, sampai gue mendaftar sebagai anggota #TeamIlham :))
Karena Ilham bad boy, cuek, songong, tengil, tapi romantis, suka baca Coelho, dan memiliki perasaan yang sensitif. Tipe cowok yang bikin gue melting kalau ketemu saat kuliah.
Tema cinta segitiga empat memang bukan tema yang baru, namun Nina mampu meraciknya dengan manis dan bikin gue geregetan. Simple Lie is a page turner. Simply love it.
Saat kita mengenal seseorang lebih dekat – yang dulu biasanya mungkin hanya pemeran figuran dalam hidup kita – tiba-tiba saja ada begitu banyak kejadian yang langsung menghubungkan diri kita dengan orang tersebut. (hal. 49)
Mengenal Ilham itu kayak memakan MnM’s. Rere nggak pernah tahu warna apa yang akan ia ambil dari dalam bungkus cokelat itu. (hal. 84)
Kadang hati memang punya jalan pikirannya sendiri. (hal. 90)
Biasanya, orang yang udah mulai bohong sekali, maka akan menciptakan kebohongan berikutnya untuk menutupi kebohongan yang sebelumnya. (hal. 107)
Saatnya berkhayal untuk jadi casting director atau sutradara. Simple Lie ini movieable loh. Coba, produser, baca deh novelnya. Kalau dibikin film pasti seru banget. Cocok untuk ditayangkan saat liburan semesteran.
Pemeran yang (menurut gue) cocok untuk mewakili tokoh-tokoh yang diciptakan Nina adalah:
Until next time!
[Book Review] Murjangkung by A.S. Laksana @Gagasmedia #unforgotTEN
“Murjangkung ingin mengatakan bahwa: teks fiksi sebaiknya membuka keran imajinasi para pembaca untuk memiliki dunia
dan atmosfer cerita yang khas….”—Harian Jawa Pos∞
Mereka datang 243 tahun sebelum negeri mereka menemukan kakus. Mula-mula mereka singgah untuk mengisi air minum dan membeli arak dari kampung Pecinan di tepi barat sungai; lima tahun kemudian mereka kembali merapatkan kapal mereka ke pantai dan menetap di sana seterusnya. Tuan Murjangkung, raksasa berkulit bayi yang memimpin pendaratan, membeli dari Sang Pangeran tanah enam ribu meter persegi di tepi timur sungai. Di sana ia mendirikan rumah gedong dan memagar tanahnya dengan dinding putih tebal dan menghiasi dinding pagarnya dengan pucuk-pucuk meriam.—“Bagaimana Murjangkung Mendirikan Kota dan Mati Sakit Perut”.
Murjangkung: Cinta yang Dungu dan Hantu-Hantu adalah kumpulan cerpen kedua A.S. Laksana setelah Bidadari yang Mengembara (buku sastra terbaik tahun 2004 versi Majalah Tempo).
Senang banget rasanya terpilih menjadi salah satu dari 30 blogger yang mendapat swag dari Gagasmedia berisi 10 buku pilihan (I only got 9 though, kata mas Omem ketinggalan satu. Semoga nggak nyasar 1 buku lagi ^^).
Gue memilih untuk membaca buku ini untuk di-review pertama karena proofreader-nya, Jia Effendi, merekomendasikan buku berisi kumpulan cerita pendek ini via Goodreads. Setelah melihat ratingnya juga yang tinggi (dan buku ini high demand di kalangan pembaca sastra), gue nggak ragu lagu untuk membacanya.
Sebenarnya gue bukan penggemar kumpulan cerpen (walau beberapa kali terlibat dalam proyek antologi). Dulu gue sempat meringket mendengar kata ‘sastra’ yang pasti bikin kepala berdenyut. Langsung terbayang rangkaian kata puitis yang sulit dicerna. Namun, tahun belakangan gue membiasakan diri untuk membaca genre sastra Indonesia, senggaknya satu buku per tahun. Gue berjanji pada diri sendiri untuk memperluas genre bacaan karena yakin akan manfaatnya.
Buku ini berisi 20 cerita pendek berikut:
1. Bagaimana Murjangkung Mendirikan Kota dan Mati Sakit Perut
Cerpen pertama ini berkisah tentang Murjangkung, si raksasa berkulit bayi, yang akhirnya mampu mendirikan kota jaman Portugis melawat Indonesia. Bau era itu terasa. Para tokohnya adalah pelaut, sama seperti bangsa Portugis. Juga disebutkan Lapangan Banteng yang dulu disebut sebagai Lapangan Singa. Entah, cerpen ini berdasarkan sejarah yang sebenarnya, atau historical fiction, atau mungkin alternate version. Karena Tugu Singa didirikan pada masa pendudukan Jepang. Diceritakan, Murjangkung mendirikan gereja untuk menampung anak buahnya yang kesepian. Pikiran gue langsung tertuju pada gereja Katedral. Kemungkinan seting cerita ini di Kampung Tugu, Koja, Jakarta Utara, di mana banyak orang Portugis yang menetap saat itu.
Banyak adegan jorok seperti melempar ludah dan berak (ewwww), tapi sebagai pembuka, cerita pendek ini cukup memikat. Ada pertempuran, konspirasi, dan dictatorship.
2. Otobiografi Gloria
Gloria adalah bayi yang hanya sempat menghirup oksigen di dunia dalam waktu sekejap. Nenek dan kakeknya terobsesi ingin memiliki cucu, hingga mendatangi tempat keramat. Paman Gloria adalah bujang lapuk, dan hidup membujang hingga ia mati. Bibi Gloria tidak dikaruniai anak walau sudah menikah cukup lama, dan ibu Gloria , satu-satunya yang bisa memberikan cucu pada kakek nenek Gloria, hamil tanpa suami.
Cerpen ini adalah salah satu cerpen paling tragis di buku ini.
3. Dongeng Cinta Yang Dungu
Ini cerpen lucu tentang body swap. Entah apa yang dilakukan si belatung. Mungkin ia mencampur sesuatu yang sudah diberi mantra ke dalam minuman Fira hingga terjadi penukaran tubuh.
4. Perempuan Dari Masa Lalu
Menurut gue, Seto itu laki-laki galau dan naif, yang menganggap kehidupan masa lalu itu benar-benar ada. Yang lebih menggelikan, tiap kali ia melihat wanita di halte, ia merasa dekat, lebih dekat lagi, dan benar-benar dekat. Endingnya bikin gue ngakak.
5. Bagaimana Kami Selamat dari Kompeni dan Sebagainya
Cerpen yang satu ini luput dari memori, jadi harus dibaca ulang. Lalu, setelah dibaca ulang, gue masih bingung dengan inti ceritanya.
6. Seto Menulis Peri, Pelangi, dan Para Putri
Mungkin ini adalah cerita lanjutan kisah Seto. Gara-gara dipaksa menjadi tentara, ia minggat dari rumah. Seto menjadi juru selamat anak Mayor, si berandal Pramono, dari keroyokan orang, kemudian ia disuruh tinggal di rumah Mayor itu sebagai balas jasa. Ia ikut lari pagi bersama Mayor seminggu sekali, mencuci mobilnya, juga mengawal Pramono. Kisah pendek tentang drama keluarga Mayor ini sepertinya lumrah terjadi di kalangan keluarga pejabat.
7. Teknik Mendapatkan Cinta Sejati
Menceritakan tentang Seto (entah tokoh yang sama dengan dua cerpen sebelumnya atau bukan) dan kegemarannya berpindah agama karena perempuan. Pemikirannya sederhana, tapi benar juga.
8. Dua Perempuan di Satu Rumah
Masih berkisah tentang Seto dan masa lalunya yang menyedihkan. Ia pernah dibully karena ayahnya menjadi transgender. Ketika ia dewasa, ia yang sering membully transgender. Cerpen ini getir dan membenarkan tentang adanya siklus dalam kehidupan; seorang yang disakiti semasa kecil akan menyakiti orang lain ketika ia dewasa.
9. Bukan Ciuman Pertama
Cerita kesembilan ini agak mengerikan. Entah kutukan, takdir, atau ada sesuatu hal lain yang terjadi yang menyebabkan anak si narator memiliki ciri fisik yang sama dengan seseorang yang ia temui di tikungan.
10. Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan Yang Remis
Salah satu cerita favorit gue. Alit yang semula merasa tak punya bakat, ternyata berbakat menjadi pawang hujan. Namun ia kecewa karena bakatnya tidak mampu menjerat gadis impian. Cerpen yang paling sakses bikin gue ngakak.
11. Kisah Batu Menangis
Kalau cerpen sebelumnya sakses bikin gue ngakak, cerpen yang ini sakses bikin gue hampir ngejengkang. Intinya adalah tentang pria yang tidak mampu mengurung burungnya dalam sangkar. Lalu, skandal Maria Eva dan Yahya Zaini sepertinya dibahas juga di sini. Pesan moral dari cerita ini: cheating is addictive, so don’t you dare doing that.
12. Seorang Utusan Memotong Telinga Raja Jawa
Satu cerpen lagi yang gue nggak ngerti maksudnya apa. Absurd.
13. Lelaki Beristri Batu
Laki-laki yang sakit hati dan merasa dikhianati istrinya yang kemudian tua sebelum waktunya dan menemukan istri dan anaknya menjadi batu. Satu cerita absurd yang hanya gue pahami setengahnya saja.
14. Efek Sayap Kupu-Kupu
Banyak tokoh dalam cerpen ini yang tidak menyukai ayahnya, termasuk Alit. Ketika ia memaafkan ayahnya, cerita berakhir happy ending.
15. Ibu Tiri Bergigi Emas
Cerpen ini membuat mata gue berkaca-kaca. Gue bisa merasakan kepedihan Alit ketika ditinggal ibunya yang tak kembali lagi. Gue pernah membahas tentang ibu yang tega meninggalan anaknya sama suami beberapa wakt lalu, sesuatu yang nggak akan pernah gue pahami.
16. Seorang Lelaki Telungkup di Kuburan
Mengambil setting waktu peristiwa tsunami dahsyat di Aceh, kembali bercerita tentang kematian dan hantu gentayangan.
17. Malam Saweran
Seorang pejabat yang mengambil istri dengan campur tangan dukun, tidak mampu membahagiakan istrinya dan mencari tempat hiburan untuk melampiaskannya. Menyedihkan. Salah satu cerpen favorit juga.
18. Cerita Untuk Anak-Anakmu
Gue jadi ingat Kristina dangdut yang pernah menikah dengan anggota DPR, lalu tak lama cerai karena tak tahan. Kira-kira cerita ini seperti itu. Dan laki-laki berwajah bopeng bekas cacar sepertinya memang deskripsi mantan suami Kristina yang sempat bolak-balik masuk bui itu.
19. Kuda
Alit mendatangi tempat judi dan jatuh cinta pada seorang pelacur di sana. Pelacur itu menyebutnya kuda.
20. Peristiwa Kedua, Seperti Komidi Putar
Seorang perempuan mengetuk pintu rumah orang untuk meminta pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga, lalu ia diterima bekerja di sana. Dua tahun kemudian, ia tidur dengan majikannya, hamil, lalu harus merelakan anaknya diasuh oleh orang lain. Ada rasa mual saat membaca cerpen ini, sesuatu yang dirasa jika naik komidi putar terlalu lama.
Covernya simpel dengan warna sederhana, namun berkesan klasik dengan sentuhan kapal dan gelombang diujung kiri dengan posisi terbalik. Tidak biasa tapi asik banget, sesuai dengan cerita Murjangkung yang seorang pelaut.
Lalu, tagline-nya yang mengambil salah satu judul cerpen, yaitu “Cinta Yang Dungu”. Such a brilliant idea.
gue takjub membaca judul-judulnya cerpennya yang ‘luar biasa’ atau di luar kebiasaan. Tidak lazim tapi mungkin itu ciri khas penulisnya.
Banyak kalimat yang quotable. A.S. Laksana adalah salah satu penulis cerdas yang mampu menyelipkan humor dan sedikit sarkasme dalam tulisannya. Tajam tapi legit.
Tokoh favorit penulis (sepertinya) adalah Seto dan Alit, karena nama keduanya sering disebut dalam beberapa cerita pendek. Kesamaan kedua tokoh itu adalah: percaya pada kata orang. Seto yakin akan kehidupan masa lampau, hingga ia merasa dekat dengan beberapa wanita, sedangkan Alit percaya akan perkataan pawang hujan bahwa ia memiliki bakat untuk menjadi pawang hujan. Kesamaan kedua tokoh tadi selain itu adalah kesukaannya mendatangi tempat pelacuran. Kesamaan terakhir, Seto dan Alit sama-sama tidak menyukai ayah mereka.
Fakta menarik tentang Alit: ia suka sekali ke kamar kecil.
Masih ada typo di halaman 72, namun tidak fatal.
Banyak perselingkuhan dalam perkawinan, kebobrokan pejabat, lalu juga dunia pelacuran, kematian, dan karma yang menjadi tema dalam kumpulan cerita pendek ini.
Diksinya apik, tulisan A.S. Laksana tajam dan sindirannya tentang kebobrokan moral memuat unsur komedi, bisa melemaskan otot-otot di saat tegang.
Overall, gue sangat menyukai buku ini dengan segala keabsurdannya.
Satu kata yang gue nggak mengerti dan tidak ditemukan di KBBI:
buyuten –> ternyata artinya shaky-shaky gejala Parkinson, ditemukan di Wiki Jawa x_x
Itu tandanya bahwa gue harus belajar bahasa Jawa, salah satu bahasa tersulit di dunia.
Seorang lelaki, jika tidak menjadi raja di rumah sendiri, niscaya akan menjadi setan di jalanan. (hal. 57)
Dengan berpindah agama, kau sekadar berpindah dari satu kebaikan ke kebaikan lain. (hal. 66)
Kata orang kau tak boleh melihat pemandangan yang terlalu buruk saat istrimu hamil. (hal. 87)
Kenangan pahit akan melekat lebih kuat dalam pikiran ketimbang pikiran manis. (hal. 113)
Hanya para pendengki yang suka bergunjing dan aku tidak akan mengalami cedera parah karena digunjingkan oleh para pendengki. (hal. 180)
Ada problem kesastraan pada anggota DPR; ia tak enak dituliskan, apalagi dijadikan tokoh utama sebuah cerita. (hal. 190)
Pembantu lama itu sebetulnya berniat kembali, tetapi ia seperti lupa jalan. (hal. 204)
[Book Review] From Batavia With Love by Karla M. Nashar
Judul: From Batavia with Love: Seratus Tahun Cinta Menanti
Penulis: Karla M. Nashar
Penerbit: Gagas Media
Terbit: 2007, Cetakan Pertama
ISBN: 9797801780
Kategori: fiksi/roman/paranormal/supranatural/historical fiction
Jumlah halaman: 304
Book blurb:
Ketika Tara Medira mengunjungi museum, ia mulai mendapatkan serangkaian mimpi aneh. Mimpi yang mengantarnya kepada sosok dari masa lalu yang terjebak dalam sebuah penantian panjang. Sosok itu bernama Pieter van Reissen, aristokrat muda Belanda yang datang ke Batavia pada tahun 1905. Dan di masa lalu itu, Pieter memiliki kisah cinta dengan gadis pribumi bernama Yasmin. Cinta Pieter dan Yasmin berkembang kuat, namun tragedi terjadi. Cinta telah direnggut paksa oleh orang-orang di sekitar mereka.
Seratus tahun berlalu. Dan takdirlah yang mempertemukan jiwa resah Pieter dengan Tara. Hingga akhirnya, di antara mereka mulai terjalin ikatan batin. Mungkinkah Tara jatuh cinta kepada Pieter? Adakah hubungan antara Tara dengan Yasmin? Lalu apa yang membuat Pieter harus menunggu tepat seratus tahun untuk dapat mewujudkan keinginan terakhirnya itu?
Thoughts:
Gue dipinjemin buku ini sama editor sebagai referensi. Pertama, gue suka sejarah. Biasanya dengan senang hati gue bakal baca buku hisfic.
Ternyata, buku ini habis gue baca selama dua hari saja.
Bagian dari buku ini yang paling gue suka adalah part-nya Pieter dan Yasmin di era kolonialisme Belanda. Entah kenapa gue jadi membayangkan film Soegija, karena gambaran tentang pendudukan Belanda nempel di gue gara-gara nonton film itu.
Penulisnya sudah pasti melakukan riset mendalam. Banyak istilah-istilah dalam bahasa Belanda, juga nama tempat yang dulu dipakai.
Menarik banget karena selain menggambarkan suasana tempo dulu, penulis juga memberi sisipan pemikiran para tokohnya yang berbau politik.
Gue masih agak bingung dengan penjabaran menurut sinopsis. Apa Tara bermimpi tentang Pieter, atau ia mendapat vision?
Lalu, banyak bagian repetitif di buku ini, baik penjelasan atau potongan dialog Pieter dan Yasmin. Agak bosan dan bikin pengen skipped.
Dan satu lagi yang bikin dahi gue berkerut, saat Pieter bilang ke Tara, ia tahu semua tapi nggak boleh memberi tahu. Kalau ia beri tahu, ia akan berada di dunia orang mati. Gue merasa bagian ini ridiculous.
Kisah Tara sendiri mulai menarik menjelang ending, walau mudah diprediksi.
Yang gue perhatikan, penulisnya suka dengan nama yang mengandung huruf ‘r’: Tara, Era, Pieter, Adriaan, Rob, , Rio, Erick 🙂
Overall, buku ini cukup menghibur dan mendidik. Jadi pengin ke Cafe Batavia dan Museum Fatahillah.
[Book Review] Rectoverso by Dee
Judul: Rectoverso (movie tie-in)
Penulis: Dee
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetakan Pertama, Januari 2013
ISBN: 139786027888036
Jumlah halaman: 174
Kategori: Fiksi/Roman/Kumpulan Cerita Pendek
Beli di: @rumahbuku
Book Blurb:
Sebuah kisah indah selalu melekat dalam kenangan, seperti jejak yang ditatah di atas karang.
Rectoverso adalah kisah itu.
Segala emosi terwakili di dalamnya.
Ada kesedihan, suka cita, ragu-ragu, ketakutan, membentuk alur penuh cabang,
meski pada akhirnya akan kembali kepada muara yang sama.
Thoughts:
Gue selalu suka dengan gaya bertutur Dee yang mengalir diakhiri ledakan kejutan. Dee juga piawai menciptakan karakter yang memorable.
Buku ini berisi 11 cerita pendek dengan ilustrasi cantik, seolah jadi soulmate bagi masing-masing cerita. Tiap cerita juga diawali dengan puisi (atau lirik lagu).
Curhat Buat Sahabat
Sampai kapan penantian itu akan berujung? Kita nggak pernah tahu.
Malaikat Juga Tahu
Paling nggak kuat baca cerita ini. Tiap denger lagunya pasti nangis. The most touching story diantara 11 cerpen di buku ini.
Dan masih ada 9 cerita lain yang menarik untuk disimak.
Rectoverso ditutup dengan manis oleh “Back To Heaven’s Light”.
Jujur, hanya beberapa cerpen Dee yang nyantol. Beberapa lebih sulit dicerna daripada seri Supernova.
Tapi, gue sangat menikmati tarian kata Dee yang meliuk liar di buku ini.
Rectoverso habis dibaca dalam sekali duduk, tapi perlu dibaca berulang kali untuk meresapi rasa tiap kisahnya. Anda pasti menemukan benang merahnya.
[Book Review] Weedflower by Cynthia Kadohata
Judul: Weedflower (Bunga Liar)
Penulis: Cynthia Kadohata
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Kategori: Fiksi Terjemahan
Genre: Historical Fiction/Middle Grade/Cultural/Asian Lit
Jumlah halaman: 270
Terbit: Oktober 2008
Book Blurb
Sumiko yang berumur dua belas tahun merasa hidupnya terbagi atas dua bagian: sebelum dan sesudah Pearl Harbor. Bagian yang baik dan bagian yang buruk. Dibesarkan di perkebunan bunga di California, Sumiko sudah terbiasa menjadi satu-satunya gadis Jepang di kelasnya. Meskipun anak-anak lain mengejeknya, Sumiko memiliki rumah, keluarga, dan bunga-bunga liarnya.
Semua itu berubah setelah peristiwa Pearl Harbor. Orang-orang Amerika curiga bahwa seluruh warga keturunan Jepang—termasuk mereka yang lahir di Amerika Serikat seperti Sumiko—adalah mata-mata Kaisar. Ketika kecurigaan itu semakin membengkak, Sumiko dan keluarganya mendapati diri mereka diangkut ke kamp konsentrasi di salah satu padang gurun terpanas di Amerika.
Warna-warni bunga yang melingkupi hidup Sumiko lenyap sudah, berganti dengan badai debu yang menghitamkan langit dan menerobos setiap pori-pori barak militer yang merupakan `rumah` barunya.Sumiko dengan cepat menemukan bahwa kamp itu terletak di daerah reservasi orang India, dan orang Jepang tidak diterima di situ seperti juga di tempat sebelumnya. Tapi kemudian Sumiko bertemu dengan seorang pemuda Mohave. yang mungkin bisa menjadi sahabat pertamanya, kalau saja sang pemuda mau melupakan amarahnya kepada orang Jepang yang dianggap menyerobot tanahnya.
Dengan pemahaman yang tajam dan mendalam, dan dengan meminjam mata seorang gadis remaja yang mendambakan tempat, Cynthia Kadohata mengeksplorasi dampak pengeboman Pearl Harbor terhadap orang-orang Jepang di Amerika pada masa Perang Dunia II. Weedflower adalah kisah keindahan dan tantangan persahabatan antar-ras, dan mengangkat kisah nyata bagaimana pertemuan warga Amerika keturunan Jepang dan penduduk asli Amerika telah mengubah masa depan keduanya.
Thoughts
Beberapa tahun lalu, gue sempet beli buku ini di Gunung Agung PIM. Murah banget, kalo nggak salah 20 ribuan. Setelah itu, gue sempet nyari-nyari buku ini di lemari buku, tapi ternyata raib digondol maling yang pernah gue piara di rumah.
Setelah googling sana-sini, gue nemu lagi buku ini di salah satu OL seller dan pas datang gue buru-buru baca.
Cover buku versi terjemahan jauh lebih bagus daripada versi Bahasa Inggrisnya, menurut gue. Suka dengan komposisi warna dan gambar cewek Jepang pake kimono setengah badan.
Gue juga suka dengan tokoh Sumiko yang walau keras kepala, ia melindungi adiknya Tak-Tak. Sumiko juga digambarkan sebagai remaja yang tough, terutama setelah peristiwa Pearl Harbour yang menyebabkan dia dan keluarganya dipindahkan ke kamp penampungan. Yang bikin sedih, Sumiko harus berpisah dengan kakek dan pamannya.
Air mata gue menggenang waktu Sumiko ditolak masuk ke rumah teman sekelasnya (yang berkulit putih) di acara pesta ulang tahun. Langsung inget dengan kejadian waktu gue kecil yang bikin nyesek. It hurts when your friends ditch you because you’re different.
Kesukaan Sumiko akan bunga dan tanah juga menjadi cemoohan teman-temannya. I wonder whether the kids still do that these days: mocking their friends who (they think) are weird.
Sumiko dan keluarganya pindah dua kali. Di tempat penampungan terakhir, ia bertemu dengan Frank, cowok keturunan Indian yang hidupnya lebih memprihatinkan daripada warga keturunan Jepang yang hidup di kamp penampungan.
Sedikit demi sedikit tumbuh rasa suka diantara keduanya.
Yang gue suka dari buku ini adalah family values yang dijunjung tinggi tokoh-tokohnya. Baik Sumiko yang keturunan Jepang, maupun Frank yang keturunan Indian. Lalu, secuplik-dua cuplik adat Jepang dan Indian juga menjadi bumbu manis di buku ini.
Gue kurang puas dengan ending-nya yang agak nanggung. Gue berharap penulisnya mau nulis kelanjutan buku ini, karena gue membayangkan Sumiko dan Frank dewasa.
Istilah-istilah di buku ini:
kusabana = bunga liar
Nikkei = orang-orang berdarah Jepang yang ada di Amerika
hanafuda = permainan kartu dengan perangkat kartu khusus (bergambar bunga)
Gaman = Kita harus mampu menanggungnya
Hakujin = orang bule
Issei = generasi pertama imigran asal Jepang
haji = malu
Buku ini cocok untuk dijadikan bacaan referensi di kelas Sejarah SMP.