Blog Archives

[Book Review] Rectoverso by Dee

20130315-101723.jpg

Judul: Rectoverso (movie tie-in)
Penulis: Dee
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetakan Pertama, Januari 2013
ISBN: 139786027888036
Jumlah halaman: 174
Kategori: Fiksi/Roman/Kumpulan Cerita Pendek
Beli di: @rumahbuku
Book Blurb:

Sebuah kisah indah selalu melekat dalam kenangan, seperti jejak yang ditatah di atas karang.
Rectoverso adalah kisah itu.
Segala emosi terwakili di dalamnya.
Ada kesedihan, suka cita, ragu-ragu, ketakutan, membentuk alur penuh cabang,
meski pada akhirnya akan kembali kepada muara yang sama.

Thoughts:

Gue selalu suka dengan gaya bertutur Dee yang mengalir diakhiri ledakan kejutan. Dee juga piawai menciptakan karakter yang memorable.
Buku ini berisi 11 cerita pendek dengan ilustrasi cantik, seolah jadi soulmate bagi masing-masing cerita. Tiap cerita juga diawali dengan puisi (atau lirik lagu).

Curhat Buat Sahabat

Sampai kapan penantian itu akan berujung? Kita nggak pernah tahu.

Malaikat Juga Tahu

Paling nggak kuat baca cerita ini. Tiap denger lagunya pasti nangis. The most touching story diantara 11 cerpen di buku ini.

Dan masih ada 9 cerita lain yang menarik untuk disimak.

Rectoverso ditutup dengan manis oleh “Back To Heaven’s Light”.

Jujur, hanya beberapa cerpen Dee yang nyantol. Beberapa lebih sulit dicerna daripada seri Supernova.

Tapi, gue sangat menikmati tarian kata Dee yang meliuk liar di buku ini.

Rectoverso habis dibaca dalam sekali duduk, tapi perlu dibaca berulang kali untuk meresapi rasa tiap kisahnya. Anda pasti menemukan benang merahnya.

20130315-110643.jpg

20130315-110700.jpg

[Book Review] Perahu Kertas + Movie Review

20130313-084735

Judul: Perahu Kertas
Penulis: Dee
Format: Paperback,
Jumlah halaman: 456
Terbit: 29 Agustus 2009 by Bentang Pustaka & Truedee
ISBN: 139789791227780

Book Blurb:

Namanya Kugy. Mungil, pengkhayal, dan berantakan. Dari benaknya, mengalir untaian dongeng indah. Keenan belum pernah bertemu manusia seaneh itu.

Namanya Keenan. Cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Dari tangannya, mewujud lukisan-lukisan magis. Kugy belum pernah bertemu manusia seajaib itu.

Dan kini mereka berhadapan di antara hamparan misteri dan rintangan. Akankah dongeng dan lukisan itu bersatu?

Akankah hati dan impian mereka bertemu?

Thoughts:

Orang bilang orang gila jodohnya pasti orang gila juga. Itulah yang terjadi pada dua tokoh utama novel ini, Kugy dan Keenan. Sama-sama berzodiak Aquarius, dan sama-sama ‘nyeni’. Kugy sejak kecil bercita-cita sebagai Juru Dongeng, sedangkan Keenan memiliki impian untuk menjadi seorang pelukis.

Kugy suka menulis surat di selembar kertas, yang ia bentuk menjadi perahu, kemudian ia hanyutkan di sungai. Kugy berharap surat-suratnya sampai kepada dewa Neptunus.

Novel “Perahu Kertas” ini jauh lebih sederhana dan mudah dicerna ketimbang seri Supernova. Kebetulan gue adalah pembaca Supernova. Walau “Perahu Kertas” lebih ngepop, Dee masih memberikan secuplik kegilaannya dengan menghadirkan ‘agen Neptunus’.

Tapi, jujur, gue nggak suka dengan Kugy. Diantara semua novel Dee yang pernah gue baca, Kugy is the most annoying bitch. Mungkin hampir sama menyebalkannya dengan Bella Swan.
Gue nggak habis pikir, kenapa buku hadiah yang tadinya mau dikasih untuk Keenan akhirnya diberikan kepada Remi, dan semua itu dilakukan secara sadar?
Nggak worth it banget Remi dapat hadiah ‘bekasan’ walau Kugy bilang benda itu sangat berarti untuk dia.
Keenan pun demikian, memberikan pahatan untuk Luhde yang seharusnya bukan u tuk Luhde. I guess that’s why Kugy and Keenan deserve each other.

Selain kisah percintaan Kugy, Ojos, Keenan dan Remi, novel ini juga menyajikan persahabatan yang indah.

Gue juga trenyuh dengan kisah cinta Poyan dan Lena.
Yang jelas pesan dari novel ini adalah: Radar Neptunus pasti akan menemukan jodoh untuk kita.

Rating untuk novel: 4 Bintang

20130314-075609.jpg

Judul Film: Perahu Kertas 1 dan 2
Sutradara: Hanung Bramantyo
Produser: Chand Parwez Servia dan Putut Widjanarko
Distribusi: Starvision, Mizan Production dan Dapur Film
Rilis: Agustus 2012 dan Oktober 2012
Durasi: 112 menit
Pemain: Maudy Ayunda, Adipati Dolken, Reza Rahadian, Sylvia Fully R, Fauzan Smith, Tio Pakusadewo, Elyzia Mulachela, Ben Kasyafani, Sharena Rizky, Titi DJ, Kimberly Ryder, Ira Wibowo, August Melasz

Sinopsis

Perahu Kertas 1

Perahu Kertas mengisahkan pasang surut hubungan dua anak manusia, yaitu Kugy (Maudy Ayunda) dan Keenan (Adipati Dolken). Kisah bermula ketika mereka berdua kuliah di Bandung. Kugy, yang bercita-cita ingin menjadi penulis dongeng, kuliah di Fakultas Sastra. Ia punya kebiasaaan unik, yaitu suka membuat perahu kertas yang kemudian dilarungkannya di sungai.
Keenan, pelukis muda berbakat, dipaksa untuk kuliah di Fakultas Ekonomi oleh ayahnya. Bersama dengan sahabat Kugy sejak kecil, Noni (Sylvia Fully R), serta pacar Noni, yakni Eko (Fauzan Smith), yang juga adalah sepupu Keenan, mereka berempat menjadi geng kompak. Dari yang semula saling mengagumi, Kugy dan Keenan diam-diam saling jatuh cinta. Tapi berbagai hal menghalangi mereka. Tak hanya itu, persahabatan Kugy dan Noni pecah ketika Kugy, demi menjaga hatinya, tak datang pada pesta ulang tahun Noni yang diadakan di rumah Wanda.
Keenan akhirnya pergi ke rumah Pak Wayan (Tyo Pakusadewo), seorang pelukis teman lama Lena, sekaligus mentor Keenan melukis. Dalam suasana hati yang gundah, kreatifitas melukis Keenan buntu. Luhde (Elyzia Mulachela), keponakan Pak Wayan, berhasil mengembalikan semangat Keenan. Seorang kolektor langganan galeri Wayan bernama Remi (Reza Rahadian) menjadi pembeli pertama. Ingin cepat meninggalkan Bandung dan lingkungan lamanya, Kugy berjuang untuk lulus cepat.
Begitu lulus sidang, kakak Kugy yang bernama Karel (Ben Kasyafani) membantu agar Kugy magang di biro iklan bernama AdVocaDo milik temannya, yaitu Remi. Prestasi kerja Kugy cemerlang, dan menarik perhatian Remi.

Perahu Kertas 2

Keenan sudah memutuskan kembali tinggal di Jakarta dan melanjutkan bisnis keluarga akibat serangan stroke yang diderita ayahnya, Adri (August Melasz), menjalani hubungan kasih jarak jauh dengan Luhde (Elyzia Mulachela) yang tinggal di Bali. Sedangkan Kugy telah menjadi semakin dekat dengan Remi (Reza Rahadian), yang juga menjadi atasannya di biro iklan AdVocaDo. Keenan mengembalikan buku Jenderal Pilik kepada Kugy.
Buku tulisan tangan Kugy inilah yang telah menjadi sumber ilham lukisan-lukisannya. Tak hanya itu, pertemuan kembali Keenan dan Kugy memunculkan kembali ide mereka berdua: Kugy menulis cerita anak, dan Keenan membuatkan ilustrasinya. Akibatnya, prestasi kerja Kugy merosot drastis, sehingga menjadi alasan bagi Siska (Sharena) untuk mengkritik kedekatan Kugy dan Remi. Remi memberinya cincin untuk membuktikan keseriusannya.
Sepulang dari Bali, Kugy mencoba untuk menghindar dari Keenan dan Remi, menenangkan diri ke rumah Karel (Ben Kasyafani), kakaknya. Keenan yang merasa kehilangan pun mencari Kugy. Lewat Noni, Keenan mengetahui bahwa dulu Kugy menjauhkan diri dari Keenan, dan juga Noni serta EKo, adalah karena sebenarnya Kugy mencintai Keenan, tetapi terhalang oleh kedekatan Keenan dan Wanda (Kimberly Ryder). Keenan memutuskan untuk menemui Kugy untuk menuntaskan perasaan-perasaan terpendam mereka. Tetapi, peristiwa demi peristiwa kemudian menjalin, mempertemukan dan memisahkan hati, silih berganti antara Kugy, Keenan, Remi, Luhde, dan juga Siska beserta orang- orang lain di sekeliling mereka. Bahkan juga membuka bagaimana hubungan Pak Wayan dan kedua orang tua Keenan, Lena (Ira Wibowo) dan Adri. Perahu kertas yang mengalir di sungai, berayun-ayun mencari tambatan hati.

Ada beberapa bagian novel yang diubah, dihilangkan dan ditambah. Misalnya tokoh Siska yang di novel nggak penting dan hanya menjadi figuran, di film perannya agak penting sebagai rival Kugy di Advocado, juga saingan cinta dalam merebut hati Remi.

Adegan pertengkaran Kugy dan Noni juga kurang digarap lebih dalam.

Gue memang menonton filmnya terlebih duku daripada membaca novelnya, bikin gue agak kurang mudeng soal ‘agen Neptunus’. Bagi yang udah membaca novelnya duluan, pasti nggak mendapat kesulitan untuk memahami tiap adegan.

Karakter Kugy cukup baik dibawakan oleh Maudy, namun ekspresi menangis dan tertawanya hampir mirip, bikin gue agak bingung pada awalnya. Tapi lama-lama gue maklum dengan ekspresi yang hampir mirip itu.

Yang paling berkesan adalah scene di Sakola Alit. Mungkin karena gue mantan guru jadi gue memfavoritkan adegan Kugy mengajar dan keceriaan pasukan Alit tersebut. Sayang, di film adegan tragis Sakola Alit kurang greget. Entah mengapa, waktu baca novelnya gue menitikkan air mata, saat nonton sepertinya agak flat.

Gue juga sangat suka dengan peran Poyan yang dibawakan dengan jempokan oleh Tio Pakusadewo. Tokoh Poyan sangat hidup, seperti keluar dari novelnya. Selain Poyan, gue juga suka banget dengan Eko yang Arab banget, apalagi adegan perkawinan dengan Noni. Juara deh, ijab kabul sampai diulang tiga kali. Nah, ini satu-satunya adegan yang lebih gue suka daripada novelnya.

Satu adegan ridiculous yang gue tangkap adalah: saat Kugy camping dengan Keenan di pantai. Mana bisa orang tidur di atas karang? It looks good on screen, but people will never do that in reality.

Adegan yang bikin gue tersayat-sayat adalah saat Poyan mengutarakan hatinya pada Lena, dan saat Remi melepas Kugy pergi.

Reza Rahadian is a damn good actor.

Overall, film “Perahu Kertas” cukup menghibur dengan cast yang OK.

Fave quotes

“Apa yang orang bilang realistis belum tentu sama dengan apa yang kita pikirin. Ujung-ujungnya kita juga tahu, mana diri kita yang sebenarnya, mana yang bukan. Dan kita juga tahu apa yang pengin kita jalanin.” Keenan

“Kamu mungkin bisa membeli lukisan saya, tapi kamu nggak bisa membeli saya.” Keenan

“Nggak semua dongeng bisa happy ending, apalagi realitas.” Karel

“Dari seseorang saya belajar, hati itu ndak milih, tapi hati itu dipilih.” Luhde

Rating untuk filmnya: 3 Bintang

[Review] Madre – Kisah Klasik Tentang Biang Roti

 

I love good books. Buku yang bagus akan melekat diingatan juga membawa imajinasi berkelana ke tempat yang sebelumnya belum pernah dikunjungi tapi merasa familiar. Seperti dejavu.

Gue suka nulis cerpen dan beberapa kali ikut project kumcer bersama teman-teman. Tapi, terus terang, gue jarang baca kumcer. Lebih sering baca novel. Tapi, Madre membuat gue terpaku di kamar dan menghabiskannya perlahan. Buku ini gurih, segurih roti Tan de Bakker yang diceritakan Dee di buku tersebut.

Karya jagoan di buku ini tentu saja Madre, yang artinya ibu dalam bahasa Spanyol.

Madre adalah kisah tentang bakery jadul yang mati suri karena dilibas bakery modern yang berseliweran di mal. Baca cerpen Madre membuat gue bernostalgia dengan roti Tan Ek Tjoan yang dulu suka dibeli oleh almarhum nenek gue. Gue juga ikut sedih karena banyak pabrik roti jadul yang harus tutup. Lalu, Madre juga bercerita tentang operasional pabrik roti, pentingnya biang roti, sampai kisah cinta Tan dengan Mei.

Gue yang tuna sastra, agak kurang suka dengan puisi sebetulnya. Tapi, gue bersedia meluangkan waktu untuk membaca prosa pendek Dee.

Lalu, cerpen ‘Menunggu Layang-Layang’ tentang sepasang manusia urban yang sama-sama menunggu kejatuhan cinta. Perasaan yang harus melibatkan trust. Che dan Starla yang memulai hubungan sebagai teman dan akhirnya … Nggak mau bocorin spoiler, hehehe.

Gue banyak belajar kosa kata dan cara bertutur Dee dari buku ini. She’s one of the best story-tellers in Indonesia menurut versi gue, selain Fira Basuki tentunya.

Gue kasih 4 bintang dari 5.