#STPC Interview: Meet the Editor Ibnu Rizal @Gagasmedia

20130819-105102.jpgibn

STPCBKK

Bisa diceritakan bagaimana proses novel serial STPC, mulai dari ide, brainstorming, hingga pemilihan penulis?

Dua naskah, ROMA dan BANGKOK, datang pada saya ketika pembuatan konsep dan pemilihan penulis telah selesai. Jadi saya tidak terlibat langsung dalam tahap awal proyek ini.

Apakah Mas Ibnu suka traveling? Jika diberi 1 tiket gratis, Mas Ibnu memilih pergi ke Roma atau Bangkok? Alasannya?

Tentu saya sangat suka jalan-jalan. Dengan berkelana, kita melihat apa yang selama ini luput dari ruang lingkup tatapan kita. Roma dan Bangkok adalah dua kota yang sangat menarik. Saya ingin pergi ke dua kota itu, hahaha…

Curang, hihihihi. Ada pengalaman menarik sewaktu mengedit novel-novel STPC?

Ketika menyunting novel BANGKOK, saya harus memeriksa kembali kebenaran data yang ada. Saat itulah saya tahu tempat-tempat prostitusi yang meriah di kota itu, hahaha…

Oalah, pasti Patpong dan sekitarnya ya, hahaha. Mas Ibnu menjadi editor untuk novel Roma dan Bangkok yang dua-duanya ditulis oleh pria. Apakah sengaja ingin mengedit novel pria atau memang kebetulan?

Kebetulan saja. Meskipun sesungguhnya saya tertarik menggarap karya bersama penulis-penulis pria. Mereka pasti punya ide liar dan orisinal, hahaha…

Berapa lama waktu yang diperlukan untuk membuat sebuah novel, mulai dari awal hingga selesai editing?

Proses lahirnya sebuah novel (atau karya fiksi pada umumnya) berbeda satu dari yang lain. Untuk novel populer biasanya lahir lebih cepat, antara tiga hingga empat bulan. Saya percaya, karya yang baik adalah karya yang lahir dari proses panjang dan tidak tergesa-gesa.

Seandainya Mas Ibnu diminta untuk menulis novel STPC, di mana lokasi yang menurut Mas paling keren untuk dijadikan setting?

Saya akan menulis tentang wilayah-wilayah yang luput dibicarakan orang banyak. Kalaupun cukup dikenal, daerah itu terlanjur dilihat sebagai lokasi yang rawan konflik dan berbahaya. Saya pikir banyak pembaca muda yang juga tertarik dengan latar ruang seperti itu. Tel Aviv, misalnya. Kota ini sangat menarik dan punya banyak potensi cerita. Tidak usah jauh-jauh, di Indonesia ada puluhan kota yang keren dan mengejutkan. Jika digali dengan cermat, bisa jadi karya hebat.

Satu kata yang mewakili (judul-judul novel sbb):

Roma: Hangat

Bangkok: Seksi

Kita berandai-andai ya ^^. Kalau Mas Ibnu boleh mengajak satu penulis luar negeri untuk terlibat dalam proyek STPC, siapa yang ingin Mas ajak?

Hmmm… Siapa ya? Saya tidak banyak mengenal penulis luar. Tapi mengajak penulis asing untuk menulis cerita berlatar kota-kota menarik di Indonesia akan jadi proyek yang bagus. Mereka pasti punya visi yang khas tentang Indonesia.

Apa proyek novel selanjutnya yang akan Mas Ibnu garap?

Secara mandiri, saya sedang melakukan riset sederhana tentang cerita-cerita horor di Indonesia dari masa ke masa. Berangkat dari ketertarikan saya pada setan dan hantu, saya tengah mengerjakan proyek cerita-cerita horor yang khas Indonesia. Cerita horor tidak ada matinya. Pembacanya selalu ada, bahkan banyak. Namun karya-karya horor Indonesia sekarang (film dan buku) tidak digarap dengan baik, sehingga tidak jadi sesuatu yang berarti.

Ada tips singkat untuk penulis baru yang ingin mengirim naskahnya ke Gagasmedia? Apa yang harus diperhatikan?

Banyaklah membaca buku-buku karya sastrawan atau penulis Indonesia, terutama karya-karya klasik. Dengan demikian kita punya pengetahuan yang baik tentang cara tutur dan teknik bercerita yang khas Indonesia. Galilah tema-tema baru dan menantang. Lihat dunia di sekitar kita, sebab di sana tersedia inspirasi yang tak ada habisnya.

Terima kasih banyak sudah berbagi dengan Lust and Coffee. Ditunggu karya Mas Ibnu selanjutnya ya ^^

20130725-125307.jpg

P.S. Stay tuned karena masih ada kesempatan untuk memenangkan novel-novel STPC selama bulan September 🙂

About lustandcoffee

Hello, my name is Rachael and welcome to my blog. I'm a reader, as well as a book reviewer on various social media platforms. I love thriller, historical fiction, literature, a little bit of fantasy should be ok but mostly I read realistic fiction. I love traveling with my family and sitting near by the window on a rainy day with a cup of tea.

Posted on September 3, 2013, in Uncategorized and tagged , , , . Bookmark the permalink. 11 Comments.

  1. WOW, selama ini aku belum pernah berbincang-bincang dengan seorang editor, dan sekarang… rasanya terharu *apaan*
    Saya suka sekali loh, jika ada sesi tanya jawab seperti ini. Rasanya, saya mendapat pencerahan (?) Maksudnya, saya suka menulis. Tapi, saya masih muda dan ide yang ada di dalam kepala saya, harus dimatangkan dengan baik-baik. Like Mas Ibnu said, karya yang baik adalah karya yang lahir dari proses panjang dan tidak tergesa-gesa. Jadi, ini adalah masalah kualitas, bukan kuantitas. Nice… saya lebih terharu lagi *plaaak*
    terus, apa ya… saya lupa. kapan-kapan lagi saja saya tanya. Hehehe 😀

  2. bener banget! bisa jadi pencerahaan buat belajar nulis.

    ditunggu next interview w/ editornya mbak 😀

  3. wah, jawabnya singkat-singkat ya. Ada beberapa pertanyaan yg ka yuska ajukan aku rasa jawabannya masih gantung ya. hmm

  4. Terima kasih karena saya sebagai pembaca merasa begitu dimanjakan dengan bagaimana lengkapnya event STPC ini… sampai pada wawancara editornya juga xD senang sekali bisa mendengar cuapan dari editor sendiri karena editor seperti bisa memberikan kacamata yang berbeda juga mengenai soal kepenulisan xD

    Saya berterimakasih untuk tips dan sharingnya… sangat mencerahkan, begitu. Hehehe. Meski masih ingin lebih banyak tahu lagi soal penerbitan dan editing buku namun wawancara ini sangat bermurah hati :’))

    Jadonya juha jadi lebih penasaran untuk membaa Bangkok dan Roma karena rasanya ada jaminan kehangatan dan keseksian yang menunggu saya di sana sebagai bahan belajar untuk bisa menulis dengan lebih baik…

    terima kasih banyak 😀

    Khairisa R. P
    reddishdelighr@yahoo.co.id
    @rd_lite

  5. Dikarenakan kuota yang sekarat waktu nunggu proses loadingnya lama banget dan ga begitu cermat sama judul interviewnya malah mikir, mas ibnu rizal ini yang nulis stpc seri negara mana?
    Setelah ngeh ternyata interview editor bukan penulis hahaha XD

    Suka dengan kata-kata ini dari interview di atas “Saya percaya, karya yang baik adalah karya yang lahir dari proses panjang dan tidak tergesa-gesa.”
    Jadi mikir berarti kalau semakin lama ngerjain skripsi nanti bakal menjadi karya yang baik ya~
    *eaaa *salah fokus haha XD

    @_tantintun

  6. iin ekawati markus

    suka banget sama tokoh yang satu ini….. olah… bangkok, seksi?? proyek STPC beneran bikin wawasan tambah luas pas udah baca beberapa bukunya….. sukses untuk gagas + bukune + kak Yuska tentunya

    sukses terus buat kak Yuska
    Iin ekawati markus
    @nila_adam
    indahstewart@gmail.com

  7. baru tahu editor gagas yang ini, biasanya cewek :))

  8. Yang aku suka yg terakhir tuh, masukan buat penulis yg ingin ngirim naskah. Kapan2 tanyain tips rincinya jg dong, mbak. Makasih

    Dian S
    @dianputuamijaya
    dian_putu26@yahoo.com

  9. jadi kepengen nge interview editor setelah baca ini.
    pertanyaan terakhir ! harus diresapi nih.

    lita
    @Litaa_FAN
    yangchen85@yahoo.com

  10. ternyata seru juga mendengarkan “curhatan” editor cowok =))

Leave a reply to iin ekawati markus Cancel reply