[Review] Madre – Kisah Klasik Tentang Biang Roti
I love good books. Buku yang bagus akan melekat diingatan juga membawa imajinasi berkelana ke tempat yang sebelumnya belum pernah dikunjungi tapi merasa familiar. Seperti dejavu.
Gue suka nulis cerpen dan beberapa kali ikut project kumcer bersama teman-teman. Tapi, terus terang, gue jarang baca kumcer. Lebih sering baca novel. Tapi, Madre membuat gue terpaku di kamar dan menghabiskannya perlahan. Buku ini gurih, segurih roti Tan de Bakker yang diceritakan Dee di buku tersebut.
Karya jagoan di buku ini tentu saja Madre, yang artinya ibu dalam bahasa Spanyol.
Madre adalah kisah tentang bakery jadul yang mati suri karena dilibas bakery modern yang berseliweran di mal. Baca cerpen Madre membuat gue bernostalgia dengan roti Tan Ek Tjoan yang dulu suka dibeli oleh almarhum nenek gue. Gue juga ikut sedih karena banyak pabrik roti jadul yang harus tutup. Lalu, Madre juga bercerita tentang operasional pabrik roti, pentingnya biang roti, sampai kisah cinta Tan dengan Mei.
Gue yang tuna sastra, agak kurang suka dengan puisi sebetulnya. Tapi, gue bersedia meluangkan waktu untuk membaca prosa pendek Dee.
Lalu, cerpen ‘Menunggu Layang-Layang’ tentang sepasang manusia urban yang sama-sama menunggu kejatuhan cinta. Perasaan yang harus melibatkan trust. Che dan Starla yang memulai hubungan sebagai teman dan akhirnya … Nggak mau bocorin spoiler, hehehe.
Gue banyak belajar kosa kata dan cara bertutur Dee dari buku ini. She’s one of the best story-tellers in Indonesia menurut versi gue, selain Fira Basuki tentunya.
Gue kasih 4 bintang dari 5.
Posted on April 13, 2012, in Uncategorized and tagged buku, dee, fiksi, kumcer, madre, review. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0